Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Memilih Sosial Media yang Cocok

Kehidupan online masa kini tak bisa lepas dari media sosial. Hampir semua orang memilikinya. Di Indonesia satu orang bahkan tak hanya memiliki satu, tapi mungkin lebih dari dua akun. Semua bergantung pada karakteristik pribadi dan juga sosial media (sosmed) yang dimiliki. Bicara soal evolusi sosial media mau tidak mau kita harus melihat kembali situs bernama Friendster. Ya, dengan alamat di friendster.com, ini merupakan cikal bakal media sosial modern. Hadirnya website seperti ini menjadikan aktivitas online lebih berwarna karena dapat pula menjalin tali pertemanan satu sama lain. Perkembangan media sosial berlanjut dengan makin mudahnya akses internet di manapun. Meski Friendster sekarang telah terkubur dan berubah fungsi, peran medsos di dunia online dilanjutkan oleh berbagai layanan baru. Dengan semakin populernya smartphone, maka medsos tak lagi hanya berwujud website layaknya Friendster jaman dulu, namun sudah semakin canggih dengan berintegrasi menjadi sebuah aplikasi. De

Internet dan Sebuah Keterbatasan

Sebagai negeri yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, Tiongkok mungkin memiliki pangsa pasar tertinggi di media sosial. Namun uniknya, Tiongkok membuat kebijakan yang dirasa aneh. Dengan percaya diri, Tiongkok memblokir layanan dan website populer semacam Twitter, Facebook, Whatsapp dan Google. Ya, situs-situs serta layanan populer tersebut diharamkan digunakan di Tiongkok. Dengan percaya diri, pemerintah Tiongkok pun menyediakan "pengganti" situs-situs luar tersebut dengan buatan dalam negeri. Renren, Weibo dan WeChat serta Baidu memberikan alternatif warga Espanyol untuk berinteraksi. Sebagai negara yang berpenduduk terbanyak di jagat bumi ini, tentunya layanan-layanan lokal tersebut masih memiliki traffic yang tinggi. Masyarakat di negara tersebut saya rasa tak akan terlalu keberatan dengan diblokirnya layanan-layanan populer di dunia tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Saya rasa, kebijakan serupa tak cocok untuk diterapkan. Dan saya pun menganjurkan seb

Ketika Ponsel Makin "Lelah"

Evolusi telepon seluler (ponsel) seperti yang kita tahu makin berkembang dan canggih. Era smartphone kini mulai ngetrend. Mengaburkan fungsi ponsel yang hanya untuk sms dan telepon semata. Dulu mungkin ponsel ( mobile phone ) merupakan evolusi dari telepon rumah ( fixed phone ). Dan kini ponsel pun berkembang lebih "pintar". Selain berkembang dari segi fungsi dan kecanggihannya, ternyata ponsel kali ini juga makin berkembang. Jika dulu mungkin orang lebih mudah mengatur biaya penggunaanya dengan hanya menggunakan ponselnya saat hendak menelepon ataupun sms saja. Selebihnya, ponsel dibiarkan untuk "beristirahat". Nah saat didiamkan ini, ponsel sama sekali tidak memakan biaya. Berbeda dengan ponsel sekarang. Adanya fitur internet yang senantiasa berjalan meski tidak digunakan, membuat konsumsi pulsa yang digunakan tak sehemat dulu. Fitur serta kemampuan smartphone yang membuatnya senantiasa terhubung serta memudahkan berbagai pekerjaan yang sebelumnya hanya bisa

Mungkinkah Manusia Tidak Bergantung Pada "Teknologi"?

Orang-orang zaman dahulu memanfaatkan daun-daun, kayu, tulang, kulit binatang dan juga batu sebagai media tulisan. Dengan peralatan sederhana tersebut mereka "menyalurkan" ilmu yang mereka dapatkan dari satu orang ke orang lain. Dari satu peradaban ke peradaban lain. Dari satu generasi ke generasi yang baru. Kemudian ditemukannya kertas makin membuat perkembangan teknologi makin pesat. Berbagai penemuan pun makin berkembang. Kertas memudahkan orang dalam belajar ilmu pengetahuan. Dan perkembangan semakin berlanjut hingga banyak tercipta penemuan-penemuan yang makin memudahkan kehidupan manusia. Media tulisan dan belajar pun dituangkan dalam buku-buku yang terdiri dari berlembar-lembar kertas. Era Teknologi Dan kini, penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan tersebut makin berlanjut. Kertas tak lagi menjadi media penyimpanan ilmu pengetahuan satu-satunya. Digitalisasi dan penemuan teknologi makin menciptakan sebuah media baru. Orang kini berlanjut menggunakan digital

Tantangan Kebebasan Online

Dunia digital dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah memacu kreativitas beragam pihak. Tak hanya bersifat positif namun juga negatif. Kehidupan online masih dijamin kebebasannya. Setiap harinya, beragam orang hilir mudik di internet pun media sosial dalam memanfaatkannya. Baik sekedar browsing ataupun berbagi melalui media sosial. Internet merupakan sebuah penemuan yang cukup "revolusioner". Penemuan internet bahkan makin mengubah gaya hidup banyak orang. Internet telah memudahkan banyak aktivitas. Bahkan kini terintegrasi dengan banyak perangkat. Dibalik kemudahan yang ditawarkan oleh penggunaan internet, ada pula fungsi untuk berinteraksi. Internet telah menjadi sarana untuk berbagi. Kemajuan media sosial pun makin pesat. Media sosial di internet telah menjadi rutinitas dan bagian dari hidup seseorang. Dengan media sosial, kini tak hanya interaksi di dunia nyata saja yang terjadi. Konten yang dibagikan melalui media sosial, blog, serta

Internet, Sosial Media, dan Sebuah Gaya Hidup

Siapa yang belum menggunakan internet? Saya rasa percuma menanyakan hal ini. Lha wong tulisan ini hanya bisa dibaca lewat internet. Namun memang internet sudah menjadi bagian dari kehidupan Indonesia ataupun masyarakat dunia pada umumnya. Pentingnya internet telah membuka kesadaran banyak pihak. Misalnya saja Facebook dan Google yang memiliki visi-misi untuk menciptakan internet yang terjangkau bagi semua orang. Pemikiran ini berawal pada kesadaran akan pentingnya penggunaan internet terhadap setiap sendi kehidupan. Internet telah menjadi sebuah rutinitas wajib setiap orang. Tak hanya pemilik komputer saja. Mudahnya akses internet di setiap device memiliki andil penyebaran internet makin berkembang. Lima hingga sepuluh tahun lalu mungkin orang bergantung pada komputer untuk mengakses internet. Harga yang mahal juga turut berpengaruh. Segmentasi pengguna internet menjadi terbatas. Media sosial ada, diwakili friendster dan chatting melalui Yahoo Messenger ataupun mIRC. Tak bisa

Melihat Sepakbola sebagai Hiburan Rakyat

Sepakbola merupakan olahraga populer di negeri ini. Tua maupun muda sangat menyukai olahraga yang satu ini. Bahkan tak tanggung-tanggung, Indonesia memiliki beberapa fanbase klub-klub sepakbola Eropa. Setiap tahunnya, klub besar di Eropa juga mengagendakan pertandingan ujicoba di negeri ini. Namun, hiburan rakyat tersebut sekarang dirudung masalah. Liga sepakbola tanah air (QNB League) kini dihentikan untuk sementara yang entah sampai kapan. Saya tidak begitu memperhatikan kekisruhan yang terjadi antara menpora, PSSI dan juga FIFA. Hanya saja, sungguh agak disesalkan kisruh tersebut justru menghentikan kompetisi yang tengah berlangsung. Berkaca pada sepak bola Eropa yang lebih maju, mungkin sangat tidak mungkin hal ini terjadi. Sepakbola yang menjadi salah satu hiburan rakyat. Liga Indonesia menjadi barometer kehidupan sepakbola Indonesia dikala Timnas terpuruk, meski di tingkat ASEAN sekalipun. Sungguh tidak layak itu semua dihubungkan dengan politik. Penghapusan maf

Mencari Sebuah Hiburan

Saya sering ke Mall Ambasador di wilayah Kuningan, Jakarta. Maklum, kantor dan tempat kost saya berada di sekitar situ. Mall Ambasador sudah sering saya kunjungi sejak 5 tahun yang lalu hingga kini tentunya. Ada yang berubah, dulu di depan Mall tersebut, diantara dua ruas jalan Dr. Satrio selalu ada "pengamen" atau apapun namanya yang memainkan topeng monyet. Dengan monyet peliharaannya, sang empu menghibur orang-orang yang lewat. Saya sendiri cukup terhibur dengan aksi topeng monyet tersebut. Saya menganggap lucu monyet yang bisa melakukan aktivitas yang biasa dilakukan oleh manusia. Namun sayang, sekarang hiburan tersebut dilarang oleh pemerintah daerah. Dan sudah lama pun saya tak melihat lagi aksi topeng monyet tersebut. Topeng monyet yang saya lihat tersebut adalah bentu sebuah hiburan. Saya menilai itulah hiburan yang murah meriah. Pengamen topeng monyet tidak memungut biaya bagi "penontonnya". Mereka mengharap imbalan seikhlasnya. Hiburan Rak

Waktunya Belajar Otodidak

Jaman sekarang beda dengan saat dulu. Perkembangan dunia IT telah mengubah cara berpikir dan berinteraksi banyak orang. Internet telah menjadi sumber pengetahuan banyak orang. Internet telah mengakomodir orang untuk bisa belajar secara mandiri. Internet menjadi gudang ilmu yang sepertinya nyaris tak terbatas. Berbeda dengan buku-buku cetak memerlukan tempat serta harga yang kadang tidak murah, internet mengubah segalanya lebih simpel serta efisien. Saya memiliki kegemaran mengoleksi banyak buku-buku elektronik ( E-Book ). Jumlahnya saya tidak tahu persis, ratusan mungkin. Namun yang menonjol adalah semua tersimpan rapi di berbagai folder hanya di satu flashdisk. Saya kadang membayangkan berapa banyak rak buku yang diperlukan saat mencetak buku-buku yang berkapasitas 5 GB tersebut. Tutorial yang beredar di internet tak hanya berbentuk buku saja. Mungkin ada yang berformat slide dan video. Sebagian mungkin berbayar, namun kebanyakan gratis. Banyak orang berbaik hati berbagi ilmu

Mengendalikan Aktivitas Online

Di dunia yang serba digital seperti saat ini, mungkin mustahil bisa lepas dari teknologi. Pun lebih khusus pada internet, semakin lama aktivitas online makin mendominasi. Bahkan tak main-main, kebiasaan ini berubah menjadi kecanduan yang berefek pada kesehatan. Masalah kecanduan online bahkan telah merenggut nyawa korban yang tak mampu mengendalikan. Berulang kali kita membaca berita ada gamer online yang meninggal karena non-stop bermain game berkali-kali tanpa kenal waktu dan istirahat. Tubuh manusia tentu memiliki kelemahan dan membutuhkan istirahat. Bermain game ataupun aktivitas online apapun telah mengambil waktu untuk beristirahat. Sama seperti kecanduan yang lain, online merupakan aktivitas yang menyenangkan hingga melupakan waktu yang berjalan. Coba Mengendalikan Aktivitas online yang makin berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya tentu tidak dapat kita hilangkan perannya. Aktivitas online mungkin hanya bisa kita kendalikan. Dengan berpedoman pada skala priorita