Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

TKDN Ponsel 4G : Pakai Smartphone Harus Pintar?

Ponsel pintar (smartphone) adalah hal yang lumrah dimiliki oleh beragam kalangan saat ini. Dari mulai ponsel flagship berharga jutaan rupiah hingga ponsel ratusan ribu pun telah cukup melengkapi beragam kebutuhan telekomunikasi segenap kalangan. Beragam ponsel pintar telah beredar di pasaran saat ini. Konsumen pun bebas memilih disesuaikan dengan kebutuhan, selera, dan tentunya anggaran. Dari awal, konsumen apalagi yang memiliki dana terbatas, cukup sulit menjatuhkan pilihan ponsel yang cocok. Nah, belakangan ini dengan hadirnya aturan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) yang diwajibkan oleh Menkominfo mengakibatkan problematika baru. Ponsel-ponsel unggulan yang biasanya dari Tiongkok memiliki anggaran terbatas, sulit untuk bersaing masuk ke Indonesia. Padahal ponsel-ponsel tersebut terkenal memiliki kualitas yang bagus serta harga terjangkau dengan fitur keren. Alhasil, mengakali sulitnya ponsel 4G masuk ke Indonesia karena aturan TKDN tersebut, memaksa beragam distributor nekat

Aplikasi Favorit di Android Saya

Dalam keseharian, saya menggunakan ponsel Android untuk beraktivitas. Belakangan saya sih suka menggunakan Xiaomi Mi 4i sebagai 'daily driver' alias ponsel utama. Ada beberapa aplikasi yang menurut saya pribadi wajib instal ketika berganti ponsel Android. 1. Keep Dulu, saya kerap menyimpan catatan dengan menggunakan aplikasi notes bawaan ponsel. Hanya saja, lama kelamaan aplikasi ini saya rasa kurang praktis. Untuk 'mengakalinya' akhirnya saya memilih aplikasi Keep. Aplikasi besutan Google ini praktis untuk digunakan. Tinggal 'synchronize' dengan akun Google yang pasti kita masukkan di ponsel Android, maka semua catatan kita pun akan dengan mudah tersinkronisasi. Aplikasi ini juga saya gunakan untuk menulis postingan blog. 2. Blogger Aplikasi wajib yang harus ada di ponsel saya. Dengan aplikasi ini, posting blog jadi lebih mudah. Tak perlu repot dengan menyalakan komputer ataupun laptop. Kapanpun saat melintas ide, saya menulisnya di keep untuk kemudian post

"Hidup Tanpa Koneksi Internet"

Keseharian saya sebagai seorang pekerja, tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Terutama teknologi yang bersinggungan dengan sektor komunikasi. Saya pun termasuk orang yang cukup boros dalam menggunakan internet. Jika dihitung secara kasar, mungkin puluhan GB internet saya habiskan untuk bisa menjelajah dunia maya dengan bantuan tiga ponsel dan atau tiga mobile wifi yang saya miliki. Seperti saya akui diatas, dengan konsumsi puluhan GB kuota tersebut, mungkin bisa melabeli saya sebagai seseorang yang boros. Namun jujur saja, saya benar-benar membutuhkan koneksi internet kapan saja dan dimana saja. Mungkin saja kebutuhan saya dipaksakan, namun tetap saja, saya tak bisa dilepaskan dari ponsel pintar barang sebentar saja. Maklum, dengan menjadi sosok yang jauh dari keluarga, internet menjadi sarana saya untuk berkomunikasi dan mencari hiburan. Dalam sehari, saya kerap menggunakan ponsel untuk chatting, browsing, bahkan menonton video. Chatting sebagai salah satu upaya saya untuk berkomun

Pengguna Sosial Media yang Norak

Belakangan saya merasa malas dan bad mood saat membuka Facebook. Timeline Facebook saya sudah tidak semenyenangkan dulu lagi. Intensitas update status yang tidak terlalu penting ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan pertambahan usia. Ya, teman Facebook saya sudah bukan kategori ABG lagi, banyak pula diantara mereka yang telah berusia kepala 3. Namun beberapa postingan "norak" masih saya temui disana yang merusak keinginan untuk "nongkrong" di Facebook. 1. Posting Foto dan Kegiatan Anaknya yang Masih Balita Secara Berlebihan Ok, mungkin saya iri karena belum punya anak atau bahkan belum menikah, tapi apakah benar para orang tua muda ini berpikir dampak posting foto dan kegiatan anak di media sosial bisa berdampak buruk? Ancaman kejahatan dan pedofil tetap ada. Karena jejak digital saya yakin tidak 100% aman, apalagi kita tidak mem-privasi foto tersebut. Mungkin tidak salah dengan memposting foto tersebut sepanjang para orang tua benar-benar bisa bertanggun

"Cafe" Sosial Media

Baru saja saya membaca sebuah isu yang menarik di sosial media. Isu ini sebenarnya berhasil menjadi trending topic di Twitter. Namun, sejak belakangan hari, dikarenakan banyak kesibukan dengan pekerjaan, malam ini baru saja saya memiliki sedikit waktu untuk "nongkrong" di Twitter dan memantau ada hastag #SaveTwitter. Hastag tersebut ditulis oleh beragam orang yang tidak setuju terkait dengan isu ditutupnya Twitter tahun 2017 nanti. Isu ini (atau mungkin beritanya benar, karena saya tidak memantau) cukup meresahkan para penggunanya. Meskipun tidak sepopuler Facebook, namun Twitter memiliki posisi tersendiri bagi penggemarnya. Twitter bahkan seringkali menjadi media mengaktualisasi diri serta menyampaikan pendapat beragam orang, tak peduli dari kalangan manapun. Twitter, seperti sejatinya media sosial sangat cocok digunakan berbagai kalangan dari mulai pejabat hingga rakyat biasa. Orang-orang perlu tempat. Sebuah tempat untuk berbagi, sebuah tempat untuk melemparkan sebuah ga