Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Jelly Bean di 2017

Indocomtech datang lagi. Pameran teknologi yang katanya terbesar di Indonesia tersebut kembali hadir di Jakarta. Kenapa saya bilang katanya? Karena untuk tahun ini saya merasa Indocomtech tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Entahlah, mungkin karena saya datang pada hari ketiga. Kembali ke judul, seperti biasa di Indocomtech banyak stan yang menawarkan diskon ponsel, komputer, dan segala macam aksesorisnya. Minat saya tentu saja mencari barang clearance sale. Awalnya saya berniat membeli iPhone 5s yang dibandrol 800 ribu di stan Eraphone. Namun karena antrian yang panjang, saya pun mengurungkan niat. Di stan Point 2000 ternyata juga ada clearance sale. Berbekal tanya-tanya dan googling saya akhirnya memilih Alcatel Onetouch Idol X seharga 350 ribu rupiah. Kenapa bisa semurah itu? Karena ini barang display dan hanya tersedia unit tanpa assesoris dan garansi. Barangnya pun sudah ada lecet di sana sini. Ponsel Alcatel Onetouch Idol X ini terbilang tua. Meluncur di tahun 2013 sebenarny

Sampah Ponsel

Saya masih menggunakan Moto E3 Power saat ini. Kemarin telah mendapatkan pembaruan software yang kecil. Smartphone ini meski baru sekitar setahun, namun agaknya sedikit tertinggal dibanding ponsel-ponsel sekarang. Apalagi penerusnya, Moto E4 dan Moto E4 Plus sudah dirilis. Kebutuhan saya dalam menggunakan ponsel pintar sebenarnya tidak terlalu berat. Saya menggunakan ponsel untuk kebutuhan komunikasi, Email, media sosial dan sesekali mendengarkan musik serta bermain game mobile legend. Dengan kebutuhan tersebut, spesifikasi Moto E3 Power yang di atas kertas sebenarnya biasa saja, mampu mengakomodir segala keperluan saya. Dari sini saya agak berpikir, apa urgensi masing-masing produsen ponsel mengeluarkan produk baru setiap tahunnya. Setahun sekali merupakan waktu yang relatif terlalu cepat untuk berganti ponsel. Seperti saya jelaskan di atas, saat menggunakan E3 Power ini, ternyata masih mampu maksimal mengakomodir segala keperluan. Memang, perkembangan teknologi begitu cepat. Produ

Smartphone Sesuai Kebutuhan

Seiring dengan perkembangan zaman, ponsel pintar (smartphone) pun mengalami perkembangan yang amat pesat. Salah satu perkembangannya adalah semakin canggihnya ponsel yang senantiasa terhubung dengan internet tersebut. Masing-masing produsen ponsel menawarkan beragam spesifikasi yang teramat canggih hingga pengguna saling berlomba untuk memilikinya. Tak ada salahnya membeli ponsel dengan spesifikasi yang wah. Bahkan, ponsel dengan spesifikasi terbaik menjadikannya amat mudah digunakan. Ponsel canggih mampu menjalankan aktivitas berat sekalipun dengan lancar dan nyaman. Inilah salah satu alasan orang membeli ponsel mahal, selain alasan gengsi tentu saja. Saya pengguna ponsel yang memiliki anggaran terbatas. Saya enggan menggunakan ponsel 'flagship' berharga mahal karena kendala dana. Saya pun tidak terlalu mementingkan spesifikasi di atas kertas. Satu hal yang menjadi pertimbangan saya memilih ponsel adalah, kemampuannya menjalankan aktivitas yang saya butuhkan dengan lancar.

Berbahagia di Media Sosial

Saya adalah salah satu pengguna media sosial yang sangat aktif. Hampir setiap jam minimal satu kali mengecek akun media sosial saya terutama Twitter. Kemarin, saya menutup salah satu akun media sosial yang saya miliki. Meskipun media sosial tersebut cukup penting untuk saya berinteraksi dengan teman-teman, namun saya memutuskan untuk menutup akun Facebook yang saya miliki. Alasan saya cukup sederhana, Facebook saya tak lagi menarik. Alasan sederhana saya tersebut berawal dari niatan bahwa saya membuka akun media sosial untuk bergembira. Di tengah kepenatan saya dalam bekerja dan beraktivitas, saya senantiasa menyempatkan diri untuk menyegarkan pikiran dengan membuka media sosial. Media sosial merupakan salah satu "paket komplit". Media sosial bisa menjadi sumber informasi dan sekaligus berbagi dan bersosialisasi, sesuai dengan namanya. Karena itulah, sebaiknya kita menciptakan suasana media sosial yang menyenangkan. Janganlah, sudah stres dengan aktivitas keseharian masih j

Redmi 4A, Cocok Untuk Pekerjaan Ringan

Aplikasi apa di Android yg Anda perlukan dalam mendukung pekerjaan? Bila Anda bukanlah seorang programmer ataupun desain grafis, paling aplikasi anak kantoran macam Email, Office, dan sejenisnya. Aplikasi semacam itu tentunya tidak memerlukan ponsel dengan spesifikasi yang tinggi. Setidaknya dengan menggunakan Redmi 4A, saya secara pribadi merasa ponsel pintar ini sudah mumpuni digunakan untuk bekerja. Selama tiga hari terakhir, saya memang sengaja mengandalkan Redmi 4A sebagai daily driver yang mendukung saya untuk bekerja. Saya pun mengatur aplikasi penting macam Email dan layanan perpesanan (WhatsApp dan BBM) senantiasa mulai otomatis. Disamping itu, saya pun rutin menggunakan beberapa aplikasi cloud dan juga WPS Office untuk membuka dan terkadang meng-edit dokumen secara sederhana. Dan dalam menjalankan beragam aplikasi tersebut, saya tidak menemukan masalah yang berarti. Dalam tiga hari terakhir ini, saya belum menggunakan ponsel Redmi 4A ini untuk bermain game. Saya belum bisa

Kesan Pertama Redmi 4A : Bagus Sih, Tapi ...

Hari ini, saya menggunakan ponsel Xiaomi Redmi 4A. Varian termurah dari Xiaomi ini rencana mau saya gunakan sebagai daily driver selama bulan puasa. Saya menggunakan varian RAM 2 GB dengan memori internal sebesar 32 GB. Secara keseluruhan, ponsel ini masih cukup nyaman dipakai. Mungkin karena ponselnya masih baru. Untuk pertama kalinya menggunakan seperti biasa saya meng-instal beberapa aplikasi yang saya perlukan. Untuk sinkronisasi dengan akun Google serta Mi Cloud berjalan sebagaimana mestinya. Inilah salah satu keunggulan menggunakan ponsel Xiaomi, beragam setelan tak perlu diset dari awal, tinggal sinkronisasi dari akun yang sudah tersimpan. Kesan pertama menggunakannya untuk sosial media sudah lumayan gegas dan lancar. Kalau dicari kelemahan mungkin ada di build quality yang menggunakan bahan plastik dengan kesan ringkih dan terlalu ringan. Namun, bagi yang mencari ponsel terjangkau dengan konektivitas yang sudah 4G, mungkin layak menjadi salah satu pertimbangan. Untuk performa

Ponsel Blackberry dan WhatsApp

Semalam saya berdiskusi dengan seorang teman. Nah, teman saya ini masih menggunakan Blackberry Z10 sebagai daily driver. Saya agak terkejut dengan hal ini. Maklum ponsel Blackberry non Android agaknya sudah mulai ditinggalkan. Apalagi dukungan aplikasi untuk ponsel dengan OS BB 10 tersebut tidak sebanyak Android dan iOS.. Kebutuhan utama teman saya tersebut adalah ponsel untuk bekerja. Di awal tahun 2000an, alasan tersebut saya nilai masih cukup masuk akal. Dulu, sebelum kehadiran iPhone, Blackberry sukses menjadi ponsel pilihan para pebisnis dan pekerja. Kehadiran Blackberry Messenger (BBM) yang tak hanya menjadi aplikasi perpesanan biasa menjadi alasan utamanya. Dengan BBM, orang tak hanya dipermudah berkirim pesan, namun gambar serta berbagai file lainnya. Lebih efektif dibanding harus mengandalkan e-mail. Namun, ketika kembali ke saat sekarang, Blackberry sudah tidak seperkasa dulu. BBM sudah mulai kalah bersaing dengan WhatsApp. Ponsel Blackberry sekarang pun sudah mulai ditingg

Redmi Note 4 : Bukan Untuk yang Bosan MIUI

Xiaomi membosankan. Saya atau mungkin beberapa orang mengalami hal yang sama. Xiaomi memang salah satu produsen ponsel yang menurut saya cukup inovatif. Terutama karena dia menggunakan user interface (UI) sendiri yang berbeda dengan android kebanyakan bernama MIUI. Xiaomi pun rajin memberikan update MIUI pada ponsel-ponsel mereka, hingga penggunanya bisa memaksimalkan fitur andalan di UI tersebut. Namun belakangan saya mulai bosan dengan MIUI. Saya merasa menggunakan ponsel baru (Redmi Note 4) tidak se-excited seperti kala pertama mencoba Xiaomi. Ponsel Xiaomi pertama saya dulu Redmi 2, dan kala itu terkagum mencobanya. Ponsel Xiaomi berbeda dengan Android kebanyakan yang kala itu menggunakan UI bawaan dari Google. Namun setelah menggunakan empat ponsel Xiaomi, saya mengalami kebosanan. Bahkan kebosanan itu "menjalar" kala saya menggunakan UI yang mirip seperti Color OS milik Oppo. Tidak ada lagi perasaan kagum sebagaimana dulu saya pertama kali menggunakan Redmi 2. Untuk

USB On The Go

Pernah saya tulis jika akhir-akhir ini menghadapi kendala pada internal storage di ponsel. Seiring berjalannya waktu, ponsel saya yang kebetulan sering saya pakai untuk bekerja, memori internalnya sudah hampir mencapai 50%. Memang dimaklumi sih, ponsel ini hanya memiliki memori internal sebesar 16 GB dan tidak memiliki slot micro sd memberi sedikit masalah pada saya terkait media penyimpanan. Ditambah data-data aplikasi maka penyimpanan yang saya miliki tersisa kurang dari 7 GB. Pilihan awal mau tidak mau saya menggunakan cloud storage yang sedang populer. Cara ini praktis namun memiliki kelemahan dimana saya memerlukan kuota saat melakukan back-up, pun koneksi internet kita ketahui sendiri di Indonesia terkadang kurang stabil. Inilah alasan saya memilih salah satu cara penyimpanan data yang lain di USB Flash Drive (flashdisk). Sebelum memiliki ponsel pintar, saya sudah terbiasa menyimpan data dan dokumen di flash disk. Kebanyakan data saya adalah dokumen berupa .doc, .xls,  dan juga

Menjadikan Moto E3 Power Sebagai Daily Driver

Saya menulis ini karena beberapa orang terlihat meremehkan ponsel besutan Motorola yang kini diakuisisi Lenovo ini. Ponsel ini memang biasa saja. Bukan kategori ponsel flagship. Beberapa fitur kekinian seperti sensor sidik jari pun absen di ponsel ini. Demi mengejar harga (mungkin) ponsel ini tidak berbahan metal seperti ponsel kebanyakan saat ini. Ponsel Moto E3 Power masih mengandalkan casing plastik dengan baterai yang dapat dilepas. Jika Anda mengharapkan ponsel yang dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi berat, maka ponsel ini bukan alternatif yang baik. Clockspeed prosesor yang hanya 1 Ghz menjadikannya kurang gegas dalam membuka aplikasi. Namun bila Anda membutuhkan ponsel untuk berbisnis, saya pikir ponsel ini sudah lebih dari cukup. Pertama, saya akan membahas aplikasi-aplikasi yang wajib ada pada ponsel daily driver untuk bisnis. Saya menerima dan berkirim email menggunakan ponsel ini. Email saya setting di aplikasi Gmail, pun tentu saja dengan akun Email Gmail saya. To

Menyerah dengan OS Tizen

Bila ditanya mengenai smartphone saat ini, maka kemungkinan akan mengerucut pada dua OS yang mendominasi yakni iOS milik Apple dan Android yang dimiliki oleh Google. Keduanya saling berbagi pangsa pasar ponsel pintar di dunia ini. Sebenarnya masih ada Windows Phone besutan Microsoft, namun nasibnya kini tidak jelas. Pun dengan OS yang dikembangkan oleh Samsung yang bernama Tizen. Sebelumnya saya telah mencoba keempat OS diatas. Saya menggunakan Android hingga versi 6.0, iOS 9, Windows Phone 8.0, dan Tizen 2.0. Jadi opini saya dalam tulisan ini tentu saja berdasar pengalaman penggunaan. Untuk itulah saya menilai Android dan iOS yang masih bertahan, karena secara pribadi saya sudah menyerah menggunakan Windows Phone dan juga Tizen. Dukungan developer yang terbatas, menyebabkan aplikasi yang dihadirkan tak sebanyak Android dan iOS menjadi alasan utama saya enggan kembali menggunakan ponsel ber-OS Windows Phone dan Tizen. Kini Samsung berencana kembali mengeluarkan ponsel baru ber-OS Tiz

Ponsel Dual SIM

Ponsel di luar negeri kebanyakan didesain untuk penggunaan satu kartu (single sim). Saya tidak pernah ke luar negeri, namun cukup unik jikalau hal tersebut ternyata benar. Karena di Indonesia ternyata lumayan populer ponsel dengan fitur dua kartu (dual sim). Ini yang saya anggap unik, antara pengguna ponsel di Indonesia dengan di luar negeri kenapa karakternya berbeda? Sudah bukan rahasia jika rata-rata orang Indonesia mempunyai lebih dari satu nomor ponsel. Masing-masing mungkin memiliki keperluan dan fungsi tersendiri. Yang jelas, untuk di Indonesia penggunaan ponsel dual SIM menjadi populer. Jika kembali ke 5-10 tahun yang lalu, mungkin kita menemukan alasan maraknya penggunaan dual sim pada ponsel. Di era tersebut persaingan antar operator telekomunikasi begitu ketat. Tarif menelepon dan SMS (yang kala itu menjadi trend), begitu mahal jika berlaku antar operator, namun hemat jika berlaku ke sesama. Karena alasan inilah maka banyak yang memutuskan menggunakan kartu sim lain untuk

Fingerprint Sensor

Saya bukan fans ponsel dengan fingerprint sensor (sensor sidik jari) yang mulai ngetrend belakangan ini, namun saya juga mengakui bahwa kehadiran pemindai sidik jari ini merupakan salah satu cara memastikan keamanan ponsel pintar yang kita gunakan. Untuk ponsel dengan fitur ini, saya sendiri sudah mencoba dua ponsel yang memiliki penempatan sensor sidik di tempat yang berbeda. Saya menggunakan ponsel Oppo F1S dengan sensor sidik jari di depan (tombol home) serta Xiaomi Redmi Note 4 yang sensor sidik jarinya ada di belakang (di bawah kamera). Mana yang lebih nyaman? Tentu saja jawabannya relatif, tergantung dari selera masing-masing pribadi. Dari segi kecepatan menurut saya sensor fingerprint  keduanya sama-sama cepat (tentu saja saya tidak memperhatikan detil, yang jelas dibawah 1 detik lah). Di beberapa penggunaan, tentu saja ada perbedaan antar sensor sidik jari di depan dan belakang. Sensor Sidik Jari di Depan Kelebihan utama penggunaan sensor di depan (tombol home) ada

Tiga Bulan Bersama Moto E3 Power : Ketahanan Baterai yang Luar Biasa

Jika ditanya apa pertimbangan saya dalam memilih ponsel? Maka saya akan menjawab salah satunya adalah baterai. Saya adalah salah satu orang yang tidak terlalu suka menggunakan powerbank kecuali dalam keadaan darurat. Namun seiring dengan perkembangan internet, ponsel pintar tergolong boros baterai. Meski relatif dibekali baterai yang besar, daya pada ponsel pintar jarang yang bisa tembus pemakaian seharian. Karena pertimbangan tersebut, saya memilih ponsel Moto E3 Power sebagai daily driver selama tiga bulan terakhir. Beberapa review memang tidak merekomendasikan ponsel ini sebagai daily drivee karena kecepatan prosesornya yang hanya 1 Ghz, namun secara umum saya tidak memiliki masalah berarti dalam menggunakan ponsel pintar besutan Motorola ini. Sebagai ponsel yang mengandalkan daya tahan baterai, aktivitas saya menggunakannya bisa bertahan paling tidak selama seharian. Saya belum pernah tembus selama dua hari, karena kebiasaan saya mengisi daya saat jelang tidur. Penggunaan ponsel

Earphone Berkabel

Ini masalah selera, Anda boleh saja tidak setuju dengan pendapat saya. Untuk saat ini, saya masih suka menggunakan earphone dan juga headphone berkabel. Meskipun ribet, saya masih menyukainya. Ada perasaan menikmati tersendiri menggunakan earphone berkabel yang sulit saya gambarkan. Saya bukannya belum mencoba earphone wireless. Saya memiliki earphone bluetooth merk LG yang nyaman, namun jarang saya gunakan. Alasan Utama : Baterai! Mungkin salah satu hal yang membuat saya tidak begitu menyukai earphone wireless adalah karena baterai. Earphone bluetooth memerlukan baterai tersendiri, berbeda dengan earphone kabel yang kapan saja "tinggal colok" apabila diperlukan. Karena alasan simple inilah, earphone berkabel lebih mudah saya bawa kemana saja. Tinggal dilipat rapi, masuk ke dalam tas, maka siap digunakan kapanpun tanpa berpikir soal daya tahan baterai. Namun berbeda dengan headphone berkabel, yang hanya saya gunakan ketika di rumah. Daya Tahan Baterai Ponsel Sudah bukan

Satu Minggu Bersama Oppo F1s

Seminggu ini ada ponsel baru (tapi lama) yang menemani keseharian saya. Dalam seminggu ini saya menggunakan Oppo F1s. Sebenarnya ini ponsel terhitung lama, keluar di pasaran akhir tahun 2016 lalu, namun baru sekarang saya berkesempatan menggunakannya. Oh ya sebelum melanjutkan, ini bukanlah review. Saya bukan reviewer ponsel, dan bahkan berencana menggunakan ponsel yang saya punya dalam jangka waktu yang lama. Karena alasan ingin menggunakan dalam jangka waktu lama itulah saya lumayan selektif dalam memilih ponsel. Keunggulan Oppo F1s Hal pertama yang jadi sorotan,  ponsel ini harganya turun lumayan daripada saat pertama keluar di pasaran. Saya mendapatkan ponsel ini di toko resmi dengan spesifikasi RAM 3GB dan ROM 32GB dengan harga 3,5 juta. Jika Anda membeli di toko ponsel biasa, mungkin malah bisa dapat harga hingga 3,2 juta. Saya menggunakan ponsel ini untuk urusan pekerjaan. Setidaknya ada beberapa aplikasi chatting serta sosial media yang saya instal di ponsel ini. Sejauh ini

Milis Terganti Oleh WhatsApp Group

Sejak tahun 2004, ketika kuliah, saya suka sekali bergabung dengan Milis (Mailing List). Oh ya, milis adalah sebuah grup email, dimana ketika kita mengirim email ke grup tersebut, semua anggota milis akan menerima email tersebut. Ada beberapa tema milis yang dapat diikuti sesuai dengan kemauan. Dulu, mungkin ada puluhan milis yang saya ikuti dengan berbagai tema. Kini, popularitas milis telah mulai meredup. Saya sendiri hanya bergabung di dua milis untuk saat ini. Dan keduanya pun sudah mulai jarang aktif. Tak seperti dulu yang mungkin tiap minggunya menghasilkan ratusan email. Sekarang, belum tentu ada email dalam sebulan. Meredupnya popularitas milis tak terlepas dengan makin populernya fitur grup di aplikasi chatting, salah satunya WhatsApp Group. Untuk saat ini, orang lebih banyak menghabiskan waktu dengan ponsel pintarnya untuk berkirim pesan melalui aplikasi chatting. Karena alasan itulah dan fleksibilitas, orang lebih menyukai grup WhatsApp. Kapanpun dan dimanapun bisa saling

Lebih Jadi Diri Sendiri di Twitter

Belakangan saya membuka (kembali) akun Facebook yang sepertinya sudah lama saya tinggalkan. Beberapa teman, terlihat masih aktif di media sosial yang dipimpin oleh Mark Zuckenberg tersebut. Seorang teman pun menyapa saya, "Kenapa sekarang sudah jarang terlihat di Facebook?" Jujur, saya agak kesulitan menjawabnya. Belakangan memang saya lebih aktif di media sosial Twitter ketimbang Facebook. Padahal, sebenarnya saya lebih dulu memiliki akun Facebook daripada Twitter. Seperti yang saya ungkapkan di atas, saya tidak memiliki alasan khusus kenapa lebih tertarik aktif di Twitter daripada Facebook. Padahal Facebook adalah media sosial, dan bahkan Twitter pun sedang kesulitan untuk bangkit. Saya tidak peduli dengan fenomena kabar HOAX dan ujaran kebencian yang kata orang banyak terjadi Facebook. Kalau mau diteliti, situasi negatif seperti itu tidak hanya ada di Facebook, namun juga Twitter, serta media sosial yang lain, jadi hal tersebut bukanlah menjadi patokan saya. Setelah me

Kecanduan Smartphone

Sudah lumayan banyak artikel pun tulisan mengenai dampak negatif penggunaan ponsel. Silakan Anda mencari di Google Search, dijamin puluhan artikel atau bahkan lebih menceritakan dampak negatif penggunaan benda yang satu ini. Dampak negatifnya tak hanya dilihat dari sisi kesehatan, namun juga kehidupan sosial dan produktivitas. Sebenarnya sebagai pengguna, kita tak perlu terlalu paranoid dengan hadirnya teknologi seperti ponsel pintar. Karena bagaimanapun, penggunaan ponsel saat ini adalah sebuah keniscayaan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Ponsel saat ini tak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi semata. Lebih dari itu, ponsel mengambil peran untuk membantu segala kebutuhan. Pekerjaan maupun hiburan bisa dilakukan dengan bantuan ponsel. Kemajuan teknologi ini telah menjadi bagian kehidupan peradaban manusia. Perkembangan teknologi, dengan hadirnya internet dan ponsel pintar saat ini tak dapat dipungkiri telah menjadi sebuah kebutuhan. Penggunaan ponsel pintar tak mungkin

My Nokia 230

Selain ponsel Android yg menjadi gadget utama (daily driver) saya juga masih menggunakan feature phone. Alasan utamanya tentu saja karena baterai yang tahan lama. Android saya dengan segala konektivitas dan "kecerdasannya" tidak bisa jauh-jauh dari charger. Sementara saya juga masih memerlukan fitur telepon yang bahkan bisa sampai beberapa jam. Ketika mengandalkan Android untuk menelepon tentunya juga menguras baterai lebih cepat. Sedangkan aktivitas saya kadang hingga larut malam. Karena beberapa alasan diatas, saya akhirnya memutuskan juga untuk menggunakan ponsel fitur. Nokia 230 akhirnya saya pilih untuk menemani smartphone saya. Untuk ponsel ini, saya biasanya men-charge baterai 2-3 hari sekali. Jauh lebih awet dibanding ponsel pintar. Tak perlu diadu, masalah fitur tentu saja berbeda jauh. Namun setidaknya saya masih bisa dihubungi melalui telepon dan SMS kala ponsel pintar saya nonaktifkan. Nokia 230 juga setidaknya mengajarkan saya untuk tidak terus-menerus​ melihat

Back to 3G

Hari ini saya sempat kecewa dengan salah satu operator terkait tarif. Ada dua kekecewaan yang saya rasakan, pertama harga paket internet yang dinaikkan, dan yang kedua bonus kuota 4G pun malah dihapus. Benar-benar mengecewakan. Karena alasan tersebut, saya akhirnya memilih menggunakan ponsel 3G lama. Sebenarnya dengan kebutuhan ala saya, 3G ataupun 4G bukanlah sesuatu yang begitu signifikan perbedaannya. Bahkan nyaris tidak saya rasakan. Namun tentu saja itu karena penggunaan saya yang sebagian besar dihabiskan untuk chatting dan browsing. Sebagai seorang pengguna biasa, sebenarnya penggunaan jaringan 3G sudah memungkinkan. Apalagi jaringan 4G saat ini masih kurang merata dan hanya ada di kota-kota besar saja. Hal tersebut saya alami saat pulang kampung. Jangankan sinyal 4G, 3G saja pun tampaknya malu-malu memunculkan diri. Penggunaan setiap orang berbeda-beda. Ada juga pengguna yang perlu 4G untuk mendukung kegiatannya menonton streaming video ataupun bermain game berat. Apalagi pe

"Pembunuh" Kehidupan Sosial

Ponsel, terutama smartphone merupakan benda terpenting saat ini. Bagi beberapa orang, ponsel pintar adalah benda yang tidak dapat terlewatkan dalam keseharian. Ponsel pintar telah memudahkan segala aspek kehidupan. Membantu pekerjaan, berkomunikasi dan juga sebagai media hiburan. Benda dalam genggaman ini telah mengubah manusia ke era digital. Semua aspek kehidupan menjadi serba terhubung dengan internet. Wajar memang ponsel pintar begitu menguasai kehidupan. Dari sekedar membuka file pekerjaan, hingga memesan taksi online semuanya dilakukan dengan perantara internet. "Kolaborasi" internet dan ponsel pintar inilah yang telah mengubah gaya hidup masyarakat. Saking pentingnya, orang mungkin lebih memilih ketinggalan dompet dibanding ponselnya. Ada satu lagi trend penggunaan ponsel pintar, yakni media sosial. Messenger dan beragam aplikasi media sosial selalu mewarnai kehidupan setiap harinya. Media sosial seolah menjadi hal yang wajib bagi para pengguna ponsel pintar. Media

My Lovely Phone

Saya kembali memutuskan menggunakan Blaupunkt Sonido X1+. Ponsel ini memang masih mengandalkan koneksi 3G, namun entah kenapa saya tampaknya ingin menggunakannya sebagai daily driver. Padahal LCD ponsel ini sudah bermasalah, ada garis hitam vertikal yang cukup mengganggu. Ponsel ini pun tergolong jadul, karena masih menggunakan Android KitKat sebagai OS-nya. Saya menggunakan daily driver untuk beragam kegiatan. Dari mulai bekerja dengan mengakses office, maupun hiburan seperti membuka sosial media dan aplikasi chatting. Dengan kebutuhan saya yang lumayan sederhana tersebut, memang cukup diakomodir ponsel dengan spesifikasi yang sederhana pun sudah memungkinkan. Daily driver setiap orang berbeda. Dengan penggunaan ala saya, Blaupunkt ini cukup sesuai. Apalagi kualitas layarnya yang begitu tajam membuat nyaman kala berlama-lama memandang dan menggunakannya untuk beraktivitas. Dan sebagai ponsel kategori lama, saya tetap puas menggunakannya, sejauh ini tidak ada masalah meskipun hanya m

Kecanduan Internet

Ada sebuah cerita. Saya membaca seorang mantan tentara yang sampai hari ini hanya menggunakan ponsel Nokia 3310 dalam kesehariannya. Membaca cerita tersebut, saya heran sekaligus salut terhadap orang tersebut. Heran karena di zaman serba internet seperti saat ini, rasa-rasanya aneh jika "daily driver" yang kita gunakan adalah ponsel yang tidak memiliki fitur konektivitas. Jangankan 4G dan Wifi, sekedar mengakses internet pun tidak bisa. Sang mantan tentara itu bukanlah orang yang gaptek (gagap teknologi). Dia mampu mengakses internet, yang tentu saja dilakukan melalui internet. Dia juga pernah diberikan ponsel pintar oleh sang anak. Namun, kesetiaan dia menggunakan ponsel jadul tetap sebuah hal yang patut kita cermati. Ada alasan dibaliknya. Alasan utamanya adalah dia tidak ingin setiap menit memandang ponsel. Fitur internet telah mengubah berbagai alat, termasuk ponsel. Kini ponsel pun berubah menjadi lebih pintar. Dengan koneksi internet serta segala fitur yang diusungnya

Tak Bisa Move On dari Mi4

Belakangan kemarin, saya meninggalkan Mi4 yang sering menjadi daily driver. Saya beralih ke Mi4i. Alasan utama saya "meliburkan" dulu si Mi4 adalah ponsel ini sering panas. Dipakai untuk aktivitas biasa saja, sosial media dan sesekali menonton video pun panasnya bisa mencapai 45°C. Dengan alasan kenyamanan, saya akhirnya menggantinya senentara dengan Mi4i. Mengganti ponsel dengan spesifikasi yang lebih rendah, mau tidak mau tetap ada penurunan performa.Mi4i saya mulai sering kewalahan meladeni aktivitas saya. Dengan RAM 2GB, ponsel mulai kurang responsif meski masih nyaman digunakan. Beberapa aplikasi sekarang menghabiskan memori yang cukup besar. RAM sebesar 1GB memang masih cukuo untuk digunakan, meski kurang nyaman. Bagaimanapun juga spesifikasi memberi dampak pada performa sebuah ponsel. Kini saya kembali menggunakan ponsel Mi4. Semoga saja masalah panas segera teratasi ketika ponsel ini mendapatkan update. Sebagai ponsel flagship, pastinya akan ada perbaikan di sisi s

Daily Driver

Setiap pengguna ponsel pintar pasti memiliki aplikasi favorit. Pertimbangan orang dalam membeli sebuah ponsel tentu saja bermacam-macam. Selain fitur telepon dan SMS, ponsel pintar tentu saja dimanfaatkan pula untuk berbagai keperluan, dari misalnya mendengarkan musik, bermain game, dan lain-lain. Bagi saya pribadi, ponsel pintar yang menjadi gadget utama (daily driver) begitu penting dalam keseharian. Untuk itu, secara pribadi, ada beberapa fitur wajib yang saya pertimbangkan. 1. USB OTG (On The Go) Gampangnya, USB OTG ini merupakan fitur dimana kita dapat membuka file-file yang tersimpan di perangkat eksternal, seperti flashdisk, dll. Ponsel pintar yang saya gunakan kerap berfungsi untuk membantu urusan pekerjaan. Karena saya terbiasa menyimpan file-file di flashdisk, untuk itu saya memerlukan fitur ini. Tidak semua ponsel memilikinya. Namun, hampir sebagian ponsel yang diluncurkan akhir-akhir ini membawa fitur USB OTG. 2. Fast Charging Awalnya, saya tidak begitu memerlukan fitu

Android KitKat Favorit Saya

Beberapa hari ini saya menggunakan ponsel Blackphone BP1 dengan nomor utama saya. Jika Anda mencari di Google, maka akan terlihat bahwa ponsel ini termasuk kategori "lawas". Jika tidak salah, ponsel ini keluar pada tahun 2014. Untuk kategori ponsel, hal tersebut sudah termasuk tua. Bahkan jika dilihat dari OS Android, saat ini mungkin Nougat merupakan OS kekinian, ponsel ini masih mengusung KitKat yang tentu saja amat ketinggalan. Entah kenapa saya menyukai KitKat dibanding OS Android yang lain. Secara fitur mungkin KitKat masih sederhana, namun dari situlah saya begitu menyukai OS yang satu ini. KitKat secara tampilan sesuai dengan selera saya (sekali lagi ini soal selera). Bukan berarti OS lainnya jelek, namun secara user interface saya amat menyukai Android KitKat. Ponsel KitKat yang saya gunakan saat ini tak lagi mendapatkan update. Namun, selama masih nyaman dipakai, saya akan tetap menggunakannya. Setidaknya untuk saat ini, guna keperluan telepon, SMS, dan WhatsApp po

BYOD

Sekarang banyak perusahaan mengusung konsep BYOD (Bring Your Own Device) bagi para karyawannya. Dengan perangkat yang dimiliki secara pribadi, mereka dapat menggunakannya untuk bekerja. Di satu sisi, hal tersebut memudahkan perusahaan untuk lebih efektif dengan tidak mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli perangkat tersendiri. Namun juga bagi karyawan, hal ini tentunya mengakibatkan mereka kesulitan dalam memisahkan keperluan pribadi dan pekerjaan. Gadget ataupun perangkat saat ini memang telah memungkinkan untuk digunakan dalam pekerjaan. Saya sendiri secara pribad amat bergantung pada ponsel pintar dengan koneksi internet untuk bekerja. Hampir semua pekerja memerlukan koneksi internet sepanjang hari. Hal ini dimudahkan dengan hadirnya beragam perangkat yang dengan mudah terhubung internet sehingga memudahkan bekerja di mana saja dan kapan saja. BYOD tak hanya dituntut untuk memisahkan keperluan pribadi dan pekerjaan semata. BYOD juga memberikan tanggung jawab agar pekerjaan yang k

Memaksimalkan Memori Internal Smartphone

Ponsel pintar saya memiliki memori internal yang amat terbatas. Ponsel pintar saya hanya memiliki memori 16GB. Bagi beberapa orang, memori seperti yang saya miliki tergolong kurang. Namun, dengan sedikit "mengakalinya", saya masih menyisakan hampir separuh memori yang saya miliki cukup lega, dan tetap nyaman digunakan. Mungkin cara yang saya lakukan bisa Anda aplikasikan. 1. Aplikasi Terinstal di Memori Internal Kebetulan, daily driver saya tidak memungkinkan untuk menambahkan memori eksternal (microsd), maka mau tidak mau saya menginstal semua aplikasi ke memori internal, berbagi ruang dengan sistem operasi. Karena keterbatasan ruang, saya memilih untuk menginstal aplikasi yang benar-benar saya gunakan. Selain itu, saya pun men-disable maupun uninstal bloatware bawaan yang tidak saya perlukan. Dengan lebih selektif, selain menghemat ruang memori juga penggunaan data jadi lebih hemat. Saya hanya menginstal aplikasi notes, browser, office, beberapa sosial media yang tiap h

Mengkonsumsi Informasi

Bisa dibilang ada sebuah skill yang amat diperlukan di era teknologi informasi saat ini. Skill yang saya maksud adalah kemampuan dalam memilah sebuah informasi. Seperti kita ketahui, saat ini amat banyak informasi beredar. Di era media sosial seperti sekarang ini, informasi begitu banyak mewarnai linimasa akun yang kita miliki. Informasi yang beredar, baik di media sosial maupun broadcast di aplikasi perpesanan tentunya tidak 100% valid dan benar. Banyak pula kabar ataupun berita bohong (hoax) yang sangat berbahaya apabila menyebar. Bagaimana tidak berbahaya, hoax bisa menyesatkan dan kadang pula membuat resah masyarakat. Karena itulah ketelitian dan kemampuan memilah informasi amat diperlukan. Adanya re-check terhadap sebuah kabar saat ini amat diperlukan. Karena jangankan berasal dari sumber yang tidak jelas, media kredibel pun kadang tak lepas dari hoax. Bagaimana memverifikasi kabar tersebut, itulah yang terpenting. Kabar hoax biasanya berisi hal yang aneh dan bombastis. Sebenar

#1 2017

Selamat datang tahun yang baru. Biasanya untuk beberapa orang, tahun baru identik untuk berganti ponsel. Namun tampaknya tidak dengan saya, untuk tahun ini saya masih bertahan menggunakan ponsel lama yang saya nilai masih cukup responsif, meski ada beberapa cacat fisik akibat penggunaan. Bicara soal ponsel, untuk saat ini tampaknya telah menjadi sebuah kebutuhan. Keseharian tak dapat dipisahkan oleh hadirnya ponsel pintar. Beragam kebutuhan yang mendasari orang untuk senantiasa memilih menggunakan ponsel pintarnya dibanding gadget yang lain. Dan berikut adalah aktivitas saya dalam menggunakan ponsel pintar. 1. Sosial Media Bagi saya, sosial media tak dapat dipisahkan dalam keseharian. Sosial media telah menjadi tempat untuk berkreasi, berinteraksi ataupun hanya sekedar untuk berkomunikasi. Media sosial yang saya maksud ini juga termasuk aplikasi chatting yang menjadi alat komunikasi utama saya dibanding dengan sms maupun telepon. Berkirim dokumen, gambar dan lain sebagainya lebih mu