Sampah Ponsel

Saya masih menggunakan Moto E3 Power saat ini. Kemarin telah mendapatkan pembaruan software yang kecil. Smartphone ini meski baru sekitar setahun, namun agaknya sedikit tertinggal dibanding ponsel-ponsel sekarang. Apalagi penerusnya, Moto E4 dan Moto E4 Plus sudah dirilis.

Kebutuhan saya dalam menggunakan ponsel pintar sebenarnya tidak terlalu berat. Saya menggunakan ponsel untuk kebutuhan komunikasi, Email, media sosial dan sesekali mendengarkan musik serta bermain game mobile legend.

Dengan kebutuhan tersebut, spesifikasi Moto E3 Power yang di atas kertas sebenarnya biasa saja, mampu mengakomodir segala keperluan saya. Dari sini saya agak berpikir, apa urgensi masing-masing produsen ponsel mengeluarkan produk baru setiap tahunnya. Setahun sekali merupakan waktu yang relatif terlalu cepat untuk berganti ponsel. Seperti saya jelaskan di atas, saat menggunakan E3 Power ini, ternyata masih mampu maksimal mengakomodir segala keperluan.

Memang, perkembangan teknologi begitu cepat. Produsen chipset pun hampir setiap tahunnya mengeluarkan produk yang mereka nilai lebih baik. Hanya saja saya masih merasa para produsen mengeluarkan ponsel baru sebenarnya hanya ingin lebih banyak meraup keuntungan sembari membiarkan penggunanya menghamburkan uang membeli ponsel baru, meski ponsel lama masih baik-baik saja.

Coba kita berjalan di pusat penjualan ponsel, sebut saja ITC. Di tempat tersebut banyak penjual ponsel-ponsel bekas yang masih mampu dipergunakan dengan baik. Sasarannya tentu saja orang dengan budget pas-pasan yang tidak mampu membeli ponsel baru yang berharga mahal. Atau juga banyaknya ponsel bekas dengan label "Docomo" yang juga mulai banyak dijual di E-Commerce. Ponsel ini laku semua? Tentu saja tidak. Bahkan mungkin banyak semua yang hanya menjadi sampah.

Setiap ada peluncuran produk baru, hampir dipastikan laku keras. Hal ini makin menambah jumlah ponsel bekas yang saya duga lama kelamaan akan menjadi sampah. Jadi kenapa produsen tidak mengambil langkah ansipatif? Misalnya saja dengan melakukan trade in, menukar dengan ponsel lama pelanggan untuk didaur ulang. Atau membatasi peluncuran produk baru lebih lama misal dua tahun? Entahlah, yang kelas para produsen ponsel saat ini masih cukup nyaman produk mereka laku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Internet, Dunia Baru untuk Berekspresi