Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Televisi dan Internet

Saya membaca beberapa artikel media online. Katanya, pamor televisi makin menurun seiring dengan makin maraknya penggunaan internet sebagai media informasi. Untuk saat ini, internet tampaknya menjadi sumber media informasi utama. Kecepatan internet dalam meng-update informasi, bahkan seketika lebih cepat dibanding televisi. Karena alasan itulah banyak yang memprediksi internet akan lebih populer daripada televisi, hingga dunia pertelevisan akan mati. Saya pribadi kurang setuju dengan prediksi tersebut. Menurut saya, industri televisi masih akan populer dan berjalan seiringan dengan adanya internet. Banyak beberapa orang yang masih menggantungkan sumber informasinya dari televisi. Pun televisi bisa lebih variatif menampilkan beragam acara tak hanya bersifat informatif namun juga hiburan. Seperti layaknya radio dan media cetak, saya tidak yakin televisi akan mati begitu saja. Belakangan televisi mulai berkolaborasi dengan internet. Mereka tentunya tidak mau melewatkan begitu saja kepop

Internet Cepat Untuk Apa?

Dulu, ketika seorang Menkominfo mengucapkan kalimat seperti di judul, seketika menerima berbagai bullying. Namun serius, kita selayaknya mencermati kalimat "internet cepat untuk apa" tersebut dari segala sisi. Mengingat saat ini, kebutuhan internet kian intensif, segala aspek yang berhubungan dengannya layak menjadi pertimbangan, tak terkecuali dari segi kecepatan. Benar, sudah maksimalkan penggunaan internet yang kita lakukan. Jika hanya sekedar chatting, browsing di media sosial, tentunya kecepatan internet tak lagi jadi bahan prioritas. Dengan kecepatan yang biasa-biasa saja, aktivitas "hemat kuota" tersebut sudah cukup lancar untuk dilakukan. Namun, zaman semakin berubah. Orang kini tak lagi mengakses internet hanya untuk chatting dan browsing semata. Kalau cuma itu sih, sekitar 15 tahun yang lalu pun saya sudah bisa melakukannya. Kala itu kecepatan internet hanya kisaran kbps. Namun kini, orang akan protes jika kecepatannya tetap segitu. Kebutuhan makin berk

My Gadget

Dalam keseharian saya tampaknya sulit untuk dipisahkan dengan gadget-gadget yang mengakomodir segala kebutuhan. Dari kebutuhan untuk bekerja ataupun keperluan lain, biasanya saya mengandalkan gadget agar lebih mudah dan efisien saat dikerjakan. Setidaknya ada beberapa gadget yang kerap kali menjadi "andalan" saya setiap harinya. 1. Xiaomi Mi4i Smartphone yang saat ini menjadi andalan ataupun daily driver saya. Sebelumnya, saya amat mengandalkan ponsel LG Magna, namun karena beragam alasan, saya berpindah ke ponsel ini. Xiaomi Mi4i, meski berumur setahun lebih, namun masih cukup responsif dan mengakomodir segala kebutuhan yang saya perlukan. Xiaomi Mi4i masih bisa diandalkan untuk browsing internet yang menjadi kebutuhan utama saya dalam  menggunakan smartphone. Ponsel ini juga saya gunakan untuk menulis postingan blog. Karena saya lebih nyaman menulis dengan smartphone dibandingkan dengan laptop yang agak ribet. Terkadang, fitur GPS di Google Maps juga saya andalkan untuk

Ponsel Utama

Saya menggunakan LG Magna sebagai ponsel utama (daily driver). LG Magna merupakan ponsel kategori menengah kebawah. Harganya saat saya membelinya pun tidak sampai menyentuh dua juta rupiah. Jika dilihat dari spesifikasinya, ponsel ini tak terlalu istimewa, apalagi dibandingkan pabrikan Tiongkok keluaran terbaru, dengan harga yang serupa, bakal mendapatkan produk yang lebih baik, misalnya casing logam dan juga finger pring. Namun, saya masih sangat betah menggunakan ponsel LG Magna. Ponsel ini masih senantiasa menjadi daily driver yang menemani saya berkomunikasi, menjelajah internet, dan juga bekerja. Dari ponsel ini pun saya semakin belajar apa hakikatnya yang kita butuhkan dari sebuah ponsel pintar (smartphone) yang semakin populer belakangan ini. "Tidak ada ponsel yang sempurna." Ini masih menjadi istilah yang saya maklumi. Setiap ponsel memiliki karakteristik dan juga fitur menonjol. Satu ponsel dengan yang lain memiliki perbedaan karakteristik dan mungkin juga target p

Dunia Sosial Media

Sosial media sebenarnya sudah hadir saat pertama kali internet mulai populer. Ya, meskipun pada waktu tersebut tidak begitu populer, namun teknologi yang memungkinkan orang untuk saling berinteraksi dan bersosialisasi telah ada. Kita mengenalnya sebagai milis, atau juga chatting melalui mIRC, dan juga Yahoo Messenger, kemudian ada juga Friendster yang jadi cikal bakal media sosial yang modern. Booming media sosial mulai populer dengab kehadiran Facebook. Dengan Facebook, orang mulai saling berbagi informasi dan juga cerita. Bahkan sesekali dengan media sosial orang mulai menumpahkan curahan isi hatinya. Beragam gaya orang dalam menggunakan media sosial yang dimiliki. Dan rata-rata pengguna internet pasti memiliki akun media sosial, dan menggunakannya untuk saling berbagi. Beragam media sosial dengan karakteristiknya kini bermunculan. Sejak kegemilangan bisnis yang dilakukan oleh Facebook, telah menjadikan media sosial lain pun ikut bermunculan sebut saja Twitter, Linkedin, dan beraga

Trend Penyimpanan Awan

Penyimpangan Awan ( cloud storage ) sudah banyak pilihan saat ini. Dari yang mulai bawaan ponsel seperti Google Drive ataupun Apple iCloud, sampai yang berdiri sendiri seperti Dropbox dan lain sebagainya. Ada pula yang fokus di penyimpanan media seperti foto dan video seperti Google Photos dan juga Flickr. Semua tergantung pengguna, dan masing-masing menawarkan kapasitas penyimpanan gratis ataupun berbayar dengan harga langganan yang berbeda-beda. Bagi pekerja, kehadiran penyimpanan awan ini amat membantu. Tak lagi dipusingkan dengan beragam risiko yang kadang dialami oleh pengguna penyimpanan konvensional semacam flash disk dan juga hard disk eksternal. Risiko kehilangan dan dari sisi kepraktisan menjadi alasan orang lebih memilih menggunakan penyimpanan awan. Namun memang ada harga langganan yang harus dibayar. Ya, kecuali mungkin mengandalkan penyimpanan gratis yang ditawarkan. Penyimpanan awan akan semakin populer seiring dengan berkembangnya penggunaan internet dan ponsel pintar

Shazam, Bisa Gaya Seperti Ahli Musik

Terkadang, untuk mengusir kebosanan atau menemani dalam perjalanan, saya suka mendengarkan musik melalui earphone. Berhubung saya bukan fans musik ataupun penyanyi tertentu, saya lebih memilih untuk mendengarkan lagu-lagu baru. Nah, dulunya saat mendengarkan sebuah lagu enak namun tak tahu artis dan judul lagunya, saya memilih bertanya pada teman. Namun tentu saja cara ini terbilang kuno. Untungnya, saya menemukan sebuah aplikasi yang cukup keren, namanya Shazam. Aplikasi ini berfungsi untuk menginformasikan lagu ataupun musik yang didengarkan. Informasinya berisi judul lagu dan juga penyanyinya. Bahkan, terkadang ada liriknya juga. Informasi yang kita dapat dari Shazam pun bisa dibagi di beberapa media sosial seperti WhatsApp, Twitter, dan lain sebagainya. Sebenarnya sudah lama saya memiliki aplikasi ini, namun beberapa waktu yang lalu, aplikasi ini sukses membuat saya bergaya layaknya pengamat musik. Saat itu teman bertanya tentang lagu yang sedang diputar di bioskop. Dengan bantu

WhatsApp Grup yang Mulai Mainstream

Grup di aplikasi perpesanan (chatting) mulai menjadi populer saat ini. Setidaknya bagi saya lah. Banyak sekali grup yang ada. Biasanya menggunakan aplikasi populer seperti WhatsApp. Grup ini coba dimaksimalkan karena patut disadari menggunakan aplikasi perpesanan saat ini memang sudah menjadi aktivitas keseharian. Pun dengan saya, yang memiliki beberapa WhatsApp Grup (dan juga Telegram). Bahkan salah satu grup saya sendiri yang membuatnya. Adanya grup tersebut merupakan imbas semakin populernya penggunaan teknologi. Dulu kita mengenal Milis, semacam grup melalui media email. Kemudian ngetrend situr forum, semisal Kaskus. Kini, WhatsApp grup juga menjadi hal yang mainstream meneruskan tongkat estafet kepopuleran. Bermacam-macam jenis dan pokok bahasan grup. Dari hanya mempertemukan alumni sebuah sekolah, teman sepermainan, atau teman se-ideologi. Saya tidak becanda, ada grup yang isinya pembahasan pemikiran ataupun ideologi. Jika bagi saya, apabila tidak terkait dengan pekerjaan saya

Bagaimana Jika Menggunakan Blackberry Gemini 8520 Sekarang?

Saya memerlukan sebuah ponsel fitur. Saya berulangkali mencoba ponsel Nokia, dan beberapa ponsel Tiongkok. Namun, baru-baru ini saya mencoba untuk menggunakan ponsel Blackberry 8520 (Gemini). Alasannya, karena ini ponsel Blackberry termurah dan belum pernah saya gunakan. Oh ya, saya membeli ponsel ini dari sebuah toko online. Pedagang sih bilangnya refurbish, namun saya yakin ini ponsel rekondisi, karena casing, aksesoris dan kemasan tidak sehalus Blackberry yang asli. Seperti saya katakan sebelumnya, saya ingin menggunakannya sebagai ponsel fitur. Namun iseng saya coba mengaktifkan internetnya. Karena Blackberry ini masih menggunakan layanan BIS (Blackberry Internet Service), maka saya pun berlangganan melalui kartu XL yang saya gunakan. Proses registrasi berjalan lancar, pulsa saya terpotong Rp.35ribu untuk langganan BIS Lite. Oh ya, sebelumnya saya ingin menggunakan wifi kantor saja tanpa langganan BIS, tapi settingan wifi di Gemini ini sangat merepotkan. Kembali ke layanan BIS,

Browser Opera for Android

Sekitar dua bulan yang lalu, saya diundang di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Opera Browser. Dari acara tersebut, saya baru ngeh ternyata sudah lama tidak menggunakan browser tersebut di ponsel. Terakhir menggunakannya mungkin saat masih memakai Nokia Asha 501, dengan browser Opera Mini. Maklum, ketika membeli ponsel pasti sudah ada browser bawaan dan mungkin juga Chrome di dalamnya. Saya pun kembali menginstalnya, mencoba mencari tahu sejauh mana browser Opera sekarang. Sebelumnya saya menggunakan beberapa produk Opera lain semisal Opera Max & Opera VPN. Hasilnya, lumayan tapi saya akhirnya meng-uninstal Opera Max karena mengalami penurunan kecepatan data yang signifikan. Mungkin nantinya setelah ada update saya akan mencoba lagi layanan tersebut. Twitter Kembali ke Browser Opera. Saya menginstalnya di Android, jadi namanya Opera for Android. Website pertama yang saya ulas adalah saat membuka twitter.com. Kenapa Twitter? Karena media sosial ini adalah sarana utama saya m

Melihat Strategi Pemasaran Xiaomi

Xiaomi merupakan produsen ponsel ternama yang berasal dari Tiongkok. Ponsel ini memiliki ciri khas yang cukup unik, yakni menciptakan ponsel yang cukup canggih secara spesifikasi, namun memiliki harga yang terjangkau. Dibandingkan ponsel brand global lainnya seperti Samsung, Apple, dan lain sebagainya, Xiaomi memiliki harga yang lebih murah, dengan spesifikasi yang tidak terlalu jauh berbeda. Bagi yang melihat spesifikasi, tentunya lebih memilih untuk menggunakan ponsel ini ketimbang yang lain. Namun, berbeda dengan pengguna ponsel yang lebih percaya pada merk, tentunya ponsel Samsung, ataupun Apple lebih menggiurkan meskipun harganya lumayan mahal. Bagaimana Xiaomi dapat menekan harga? Xiaomi memiliki strategi pemasaran yang unik. Xiaomi tidak mengeluarkan banyak uang untuk strategi "marketing" mereka. Bahkan, mereka banyak berfokus pada penjualan online, hingga sedikit mengurangi biaya untuk membuka toko fisik, dan lain sebagainya. Dengan strategi tersebut, maka merek

Notifikasi

Belakangan saya gemar membuat jalan pintas (shortcut) sebuah website yang saya anggap bagus ke layar utama (homescreen) ponsel pintar yang saya miliki. Hal tersebut saya lakukan karena ada beberapa website tersebut yang tidak memiliki aplikasi di Play Store. Selain itu juga untuk lebih menghemat memori, karena beberapa aplikasi memiliki kapasitas lebih besar ketimbang dibuka melalui browser, sebut saja misalnya Facebook. Agar mirip dengan aplikasi, saya pun mengaktifkan fitur notifikasi. Biasanya notifikasi saya set jika ada artikel ataupun postingan baru. Jadi tidak akan ketinggalan. Dan bila tidak memungkinkan untuk membaca saat itu juga, saya lebih mudah menyimpannya di pocket untuk dibaca di lain waktu. Fitur notifikasi merupakan hal yang sangat membantu. Notifikasi merupakan salah satu fitur tertua sebuah ponsel. Mungkin dulu kita menyebutnya nada dering ponsel dan juga sms. Untuk saat ini seiring dengan lebih intens-nya penggunaan ponsel pintar, fitur notifikasi pun dapat digun

Ponsel Teman Setia

Ada ungkapan yang mengatakan bahwa anjing merupakan teman setia bagi manusia. Namun untuk saat ini, saya merasa ungkapan tersebut akan semakin bergeser. Anjing tak lagi menjadi teman yang setia, ada satu lagi "teman" yang lebih setia menemani. Jangan bully saya wahai para pecinta anjing, teman setia yang saya maksud disini adalah ponsel pintar. Gawai yang semakin hari semakin setia menemani penggunanya. Bahkan kehidupan tak bisa dilepaskan dari penggunaan benda yang satu ini. Aktivitas pertama orang ketika bangun tidur mungkin memegang ponselnya. Bahkan beberapa (termasuk saya) memasang alarm di ponselnya, hingga secara otomatis benda pertama yang dipegang kala bangun tidur tentu saja ponsel. Berikutnya mungkin bagi beberapa orang (termasuk saya lagi) akan mengisi waktu dengan membaca media sosial ataupun sekedar browsing mencari informasi. Benda apa yang digunakan untuk mendukung aktivitas tersebut? Lagi-lagi ponsel pintar dengan dukungan koneksi internet menjadi benda seti

Kita Diintip

Internet makin menjadi sebuah kebutuhan. Apapun keperluan manusia terkadang membutuhkan koneksi internet. Bahkan dengan penetrasi ponsel yang semakin masif menjadikan internet senantiasa menjadi hal yang harus diakses setiap harinya. Dari bangun tidur hingga kembali terlelap pasti ada kalanya menggunakan ponsel pintarnya untuk mengakses internet. Beragam keperluan internet. Salah satunya adalah untuk mengakses media sosial. Penggunaan media sosial saat ini menjadi salah satu hal yang wajib kala menggunakan akses internet. Dan kala memiliki akun media sosial kitapun "dipaksa" untuk mengisi biodata. Ambil contoh Facebook yang bahkan mewajibkan penggunanya memberikan biodata asli. Pemberian biodata ini bagaikan dua sisi mata uang. Pemberian biodata asli ini di satu sisi menjadikan kita mudah dikenali. Namun di sisi lain, berarti penyedia layanan media sosial tersebut memiliki data kita yang terkedang mungkin bersifat rahasia seperti nomor telepon atau bahkan nomor rekening. M

LastPass

Bagi yang memiliki banyak akun di internet, menghafalkan beragam password tentunya sangat merepotkan. Menyamakan semua akun dengan satu password yang sama pun bukanlah tindakan yang bijak, karena bila salah satu akun berhasil diretas, maka sang peretas memiliki akses ke akun-akun lainnya. Mencatat password pun menimbulkan celah keamanan. Untuk menghindari beragam risiko tersebut, sebenarnya telah ada sebuah aplikasi password manager yang bisa membantu mengatasinya. Salah satunya adalah LastPass. Aplikasi gratis di Android ini telah saya coba selama beberapa hari dan hasilnya cukup membantu. Kapanpun saya log in ke akun media sosial, secara otomatis aplikasi ini mensinkronkan password yang sebelumnya telah kita simpan, jadi tidak perlu memasukkannya secara manual. Aplikasi ini berguna bagi Anda yang memiliki beragam akun di internet. Aplikasi ini bekerja berdasar website dan password yang haruslah kita isi saat pertama menggunakan. Kemudian, saat membuka website atau aplikasi tersebut

Susah Tanpa Kuota

Hari ini saya lebih boros terhadap kuota data dibanding sebelumnya. Bayangkan saja, dalam sehari ada hampir 4GB kuota telah terpakai dalam waktu 7 jam saja. Permasalahannya, kuota saya habis karena upload dan sinkronisasi ratusan foto yang saya ambil saat hari ini menghadiri pameran INDO DEFENCE di JI Expo Kemayoran. Sebenarnya ini pilihan, bisa saja meng-upload atau sinkronisasi foto-foto saat terhubung dengan wifi gratis. Namun memang saya perlu agar memori di ponsel secepatnya lega agar bisa dipakai untuk yang lain. Kuota, memang adalah sebuah hal yang amat diperlukan pengguna ponsel saat ini. Konsumsi operator seluler kebanyakan dihabiskan untuk kuota data ketimbang layanan telepon dan juga SMS. Pulsa yang dipakai untuk membeli kuota selalu menjadi alokasi tersendiri setiap bulannya. Konsumsi kuota yang semakin besar tak lepas dari perkembangan internet dan media sosial yang semakin berpengaruh. Hampir tiap hari pengguna ponsel senantiasa terhubung dengan internet. Tanpa kuota,

WhatsApp dan BBM

Orang Indonesia gemar sekali chatting. Lihat saja aplikasi-aplikasi di ponsel pintar mereka, hampir semuanya memiliki aplikasi perpesanan. Yang saya perhatikan, ada dua aplikasi chatting yang populer di Indonesia yakni WhatsApp dan juga Blackberry Messenger (BBM). Booming aplikasi chatting ini tidak terlepas dari populernya ponsel Blackberry beberapa waktu yang lalu. Meski saat ini pamornya sedang meredup, namun Blackberry pernah mencapai puncak jayanya di Indonesia. Dan saat itu BBM, yang amat digemari oleh masyarakat Indonesia, hanya bisa digunakan di ponsel Blackberry, inilah yang kemudian menjadikannya begitu laku. Kemudian WhatsApp muncul sebagai alternatif. Aplikasi ini menawarkan sebuah fitur yang saat itu tidak ada di BBM, yakni lintas platform. Apapun ponselnya, dipersilakan untuk menggunakan WhatsApp. Pelan namun pasti, keduanya saling bersaing, hingga kini BBM pun mengikuti langkah multi platform yang tidak lagi hanya eksklusif digunakan di ponsel Blackberry semata. Namun

Banjir Informasi dan Provokasi Media Sosial

Tanggal 4 November nanti, direncanakan ada demo besar di Jakarta tentang kontroversi ucapan Gubernur DKI Jakarta yang dinilai beberapa pihak mengandung unsur penistaan agama. Saya tidak akan membahas mengenai kasus tersebut, karena tidak memiliki kapasitas. Saya hanya mengamati, rencana demo menjadi melebar dan memanas, terutama karena beragam isu yang terhembus melalui media sosial. Di media sosial, rencana demo yang sebenarnya hanya besar dari segi jumlah seolah berkembang menjadi rencana sebuah peperangan. Silakan perhatikan beragam berita ataupun isu yang banyak dihembuskan dari mulai adanya isu kerusuhan dan hal-hal yang bersifat negatif lainnya. Padahal demonstrasi adalah sarana menyampaikan pendapat yang dijamin oleh undang-undang. Namun, beragam provokasi yang didengungkan pihak yang tidak setuju seolah mengotori niatan penyampaian pendapat. Penyaringan Informasi Media sosial merupakan sarana yang bebas guna menyampaikan sebuah pendapat. Sama layaknya di dunia nyata, di medi

Pocket

Jikalau saya diminta untuk memilih satu saja aplikasi di Android, dibanding aplikasi yang lain, saya akan tegas memilih : Pocket. Menurut saya, ini aplikasi yang sangat membantu. Aplikasi inilah yang setia dan terpercaya untuk menyimpan halaman-halaman website yang saya butuhkan. Fungsi utama aplikasi ini adalah guna menyimpan halaman website. Tak hanya disimpan, kelak aplikasi ini memudahkan saat ingin membaca ulang halaman yang ingin dibaca kapanpun dan dengan perangkat apapun. Inti dari ponsel pintar sebenarnya adalah koneksi internet. Dengan internet pula kita diperkenalkan dengan browser, sebuah sarana untuk mengakses website-website yang bertebaran di internet. Halaman website inilah yang kita perlukan sebagai media informasi. Dan karena ingatan manusia terbatas, perlu kiranya sarana penyimpanan website tersebut. Untuk itulah fungsi aplikasi Pocket ini. Mungkin dulunya, kita amat mengandalkan bookmark, atau bahkan menyimpan website dengan format HTML ke flashdisk ataupun peran

Samsung Z2 Pengganti Nokia Asha 501

Sudah sekira 3 tahun saya menggunakan Nokia Asha 501 sebagai ponsel kedua. Ponsel ini lumayan membantu beberapa urusan sehari-hari meski tidak "sepintar" Android tentu saja. Namun, beberapa bulan yang lalu, saya harus menyerah menggunakannya. Selain ponsel itu masih menggunakan jaringan 2G yang begitu tidak stabil digunakan di Indonesia, juga beberapa kerusakan telah ada seperti layar yang tidak responsif dan tombol back yang error. Saya memerlukan ponsel Nokia tersebut sebagai pendamping Android. Tentu hal yang saya andalkan adalah baterai yang lumayan awet. Disini, awet menurut saya tahan seharian ya, bukan harus bertahan berhari-hari. Toh juga tiap malam pasti kita charge ponsel. Hal yang lainnya adalah saya memerlukan Dual SIM. Saya memiliki dua nomor untuk bekerja dan keduanya harus aktif bersamaan. Karena pertimbangan tersebut, saya mulai mencari pengganti. Saya tertarik dengan LG L20. Ponsel Android mungil dari LG. Namun, karena sudah terlalu lama keluar, saya agak c

Privasi dan Ponsel

Belakangan ini penggunaan aplikasi perpesanan semacam WhatsApp semakin trend, dan fungsi penggunaannya pun semakin beragam. WhatsApp dapat digunakan untuk keperluan pribadi ataupun bisnis. Salah satu fitur WhatsApp yang belakangan makin populer adalah WhatsApp grup. Mungkin aplikasi lainnya memiliki fitur ini pula, namun menurut saya fitur grup di WhatsApp memiliki keunikan tersendiri. "Tempat" Rapat yang Tepat Beragam penggunaan WhatsApp grup, seperti untuk teman sepermainan, alumni sekolah, bahkan untuk sebuah perusahaan. WhatsApp grup menjadi sangat populer salah satunya juga karena beberapa perusahaan memilih menggunakan sarana ini karena dinilai lebih efektif. Dalam satu perusahaan tentunya masing-masing telah mengetahui nomor telepon anggotanya, hingga menjadikan WhatsApp grup lebih nyaman dan privasi untuk digunakan. Karena menjadi tempat rapat yang efektif inilah, penggunaan WhatsApp telah menjadi aplikasi wajib di setiap ponsel pintar. Dengan demikian, penggunaan

Memanfaatkan Internet dengan Maksimal

Kita beruntung hidup di jaman serba online. Saat ini, online di internet telah menjadi hal yang lumrah. Sudah beragam kegiatan bisa dilakukan melalui internet. Dengan semakin banyaknya pengguna ponsel pintar maka penetrasi penggunaan internet pun semakin berkembang. Namun, rasanya masih banyak potensi memaksimalkan penggunaan internet yang belum dieksplorasi. Belajar dari Internet Google sebagai mesin pencari adalah sebuah pencapaian internet yang luar biasa. Darinya, orang dari kalangan manapun bisa belajar dan mencari apapun di internet. Browser dan juga Google merupakan kolaborasi yang cocok untuk pengguna internet untuk belajar. Saat ini belajar tak hanya terbatas dengan membaca buku, namun juga mencari informasi di internet secara lebih komprehensif. Saya sendiri sering sekali mencari kosakata baru yang belum paham melalui internet. Sekarang dipermudah, tak perlu bertanya pada orang yang lebih cerdas, bahkan dengan bantuan jari kita tinggal mengetikkan kata kunci ( keyword ) di

Ponsel 3 Juta Rupiah Keatas Itu Kemahalan

Berapa anggaran Anda membeli ponsel? Bagi golongan menengah keatas tentunya membeli ponsel flagship brand besar seperti Samsung dan juga Apple pastinya menjamin kualitas yang mumpuni. Membeli ponsel andalan mereka tentunya menjamin penggunaannya nyaman dan bisa dipakai "apa saja". Namun, saya pribadi masih menilai menggunakan ponsel dengan spesifikasi monster serta harga mahal tersebut terasa seperti sebuah kemubaziran. Faktor utama sih sebenarnya secara finansial saya belum mampu membeli ponsel seharga tersebut. Namun ada juga alasan lainnya. Ponsel Saat Ini Lebih Beragam Ponsel flagship brand besar memang menggiurkan. Ponsel-ponsel tersebut bisa dipakai lama bahkan hingga 3-5 tahun . Berbeda dengan ponsel murah yang bisa dipakai lebih dari satu tahun pun sudah lumayan. Namun, ponsel saat ini begitu beragam dan banyak pilihan. Ketika performa sebuah ponsel mulai menurun, kini banyak sekali pilihan penggantinya. Jadi, masihkah tidak bosan dalam menggunakan ponsel flagship

Jejak Digital

Manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa datang. Uniknya, di era teknologi informasi seperti saat ini, masa lalu seseorang bisa membayangi masa depannya. Dan tentu saja, terkadang tidak dia perkirakan. Bayangan masa lalu, terutama sejarah dia saat online di internet, apa yang dia posting dan tulis, bisa jadi akan tersimpan dan terbaca oleh orang lain. Apa yang pernah dia tulis di internet bisa menjadi sebuah jejak. Inilah yang dinamakan jejak digital. Dan jejak digital akan senantiasa ada, meskipun sudah dihapus, bisa saja ada orang lain yang menyalin jejak tersebut guna menyerang individu tersebut di masa depan. Apalagi di era keterbukaan informasi seperti saat ini memungkinkan orang membongkar aib yang sekarang lebih mudah didapat. Tidak ada orang yang tanpa cela. Pun semua orang memiliki kekurangan dan mungkin masa lalu. Sungguh sebuah hal yang rasanya kurang bijak bila menyerang seseorang dengan masa lalunya. Siapapun orangnya, memiliki hak untuk berubah. Saya

Harga Sebuah Kecanggihan Teknologi

Kita ketahui bersama belakangan ini dunia diramaikan dengan kasus meledaknya ponsel Samsung Galaxy Note 7. Kasus sungguh mengejutkan karena menimpa sebuah brand global yang kerap merajai pasar penjualan ponsel. Pun dengan series Note yang sebenarnya masuk kategori flagship, membuat publik seolah tidak percaya. Namun sejatinya kasus "memalukan" seperti ini bukan yang pertama. Ponsle sepremium iPhone pun pernah dianggap gagal setelah iPhone 6 ternyata mudah dibengkokkan. Mari sejenak melupakan dulu kasus-kasus tersebut. Pada hakikatnya seseorang menginginkan sebuah kesempurnaan. Pun saat memilih ponsel. Para produsen pun saling berlomba menciptakan ponsel secanggih mungkin demi mengikat para konsumen agar lebih loyal. Apalagi sebenarnya persaingan di pasar ponsel begitu ketat, sekali tertinggal langkah inovasi, maka akan semakin sulit mengejar para pesaing. Namun tentu ada harga yang harus dibayar. Dibalik kecanggihan ponsel, pasti harus ada sesuatu untuk dikorbankan. Misalny

Mengatasi Gagal Browsing di LG Magna

Sudah beberapa minggu saya dipusingkan dengan masalah di ponsel saya. Saya menggunakan LG Magna selama 1 tahun ini dan selama ini tidak mengalami kendala berarti, hingga masalah ini terjadi. Saya selalu gagal browsing bila membuka link dari Twitter. Seperti biasa, link dari Twitter biasa disingkat menjadi t.co/blablabla. Nah bila ketemu link ini tidak bisa dibuka. Pun dengan menyalin tautan dan menempelkan di browser tetap tidak bisa diakses. Saya pun mencoba untuk mencari cara mengatasinya dengan googling, namun hasilnya nihil. Mungkin dari sekian pengguna LG Magna hanya saya yang mengalami masalah ini. Karena masih disibukkan dengan beragam pekerjaan, akhirnya saya coba mengakalinya dengan mem-bookmark tautan yang saya inginkan ke aplikasi Pocket. Langkah selanjutnya saya membaca tautan tersebut melalui Pocket. Lumayan, hampir semua link bisa terbaca, meski tidak praktis dan kadang ada beberapa artikel yang terpotong. Cukup lama, mungkin hingga seminggu saya menggunakan cara ini.

Sulit, Namun Konsumen Menuntut Kesempurnaan

"Pembeli adalah Raja". Ungkapan ini tentu sering Anda dengar. Ungkapan tersebut seolah menjadi bahan utama para pemasar dalam memasarkan produknya. Pokoknya, pembeli harus puas dengan barang dan jasa yang kita jual. Syukur-syukur mereka bersedia membeli lagi dan menjadi konsumen yang loyal. Prinsip di atas pun kini bisa diterapkan pada industri telekomunikasi. Para operator saling berlomba untuk memuaskan para pelanggan agar tidak lari ke "produk sebelah". Mereka mengerahkan segala upaya termasuk banting harga untuk menjaring konsumen sebanyak mungkin. Di dalam ilmu pemasaran dikenal istilah "Marketing Mix" yang berfokus pada empat hal: Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi. Di usaha jasa seperti telekomunikasi terkadang ditambah: Orang-orang yang melayani, Layout tempat, dan Proses jasa. Ketujuh marketing mix tersebut dituntut sempurna untuk memuaskan konsumen hingga menjadi loyal. Hanya saja, beberapa operator telekomunikasi saat ini menurut saya ter

Fungsi Sebuah Ponsel Pintar

Katanya ponsel pintar mengakomodir segenap kebutuhan penggunanya. Saking intensnya penggunaan ponsel pintar dewasa ini, menjadikan setiap orang merasa wajib untuk memilikinya. Perkembangan ponsel pintar tak lepas dari semakin meningkatnya penggunaan internet dalam setiap kebutuhan. Beragam keperluan saat ini bersinggungan dengan kebutuhan internet. Dan syukurnya, ponsel pintar mampu mengakomodirnya dengan baik. Browsing Kebutuhan paling dasar dalam menggunakan internet. Browser menjadi alat utama dalam menjelajah internet. Browser mengakomodir beragam kebutuhan dalam berselancar di internet tanpa bergantung aplikasi. Meski tidak sesempurna aplikasi asli, namun setidaknya browser mampu membuka beragam website semisal media sosial seperti facebook.com dan juga twitter.com . Beberapa tahun yang lalu, penggunaan internet hampir semua dilakukan melalui browser. Kala itu, menggunakan internet hanya terbatas pada komputer. Kalaupun ada yang bisa diakses melalui ponsel, juga sangat tergant

"Mengakali" Ponsel dengan Memori Pas-Pasan

Berapa memori internal ponsel yang Anda butuhkan? Susah menjawabnya. Dewasa ini kebutuhan ruang penyimpanan makin besar. Maklum, dengan mudahnya akses internet, hadirnya 4G dengan promo dari beragam operator cukup menggiurkan untuk mengunduh berbagai macam hal. Belum lagi resolusi kamera ponsel yang makin besar berakibat ukuran ponsel makin besar pula hingga memakan banyak ruang penyimpanan. Saya tak terlalu suka menyimpan beberapa data terutama foto yang dimiliki di memori eksternal (kartu sd). Bukannya apa, saya memiliki pengalaman buruk dengannya. Pernah membeli memori abal-abal hingga kemudian rusak serta data yang ada tidak dapat terselamatkan semua. Dan karena memori internal ponsel saya cukup kecil (5 GB), mau tidak mau saya mencoba mengakalinya. 1. Penyimpanan Awan ( Cloud ) Ini penyelamat saya. Penyimpanan cloud adalah tempat saya menyimpan beragam data penting seperti foto. Untuk menyimpan foto-foto yang dimiliki, saya memilih Flickr. Alasannya sederhana, karena aplikasi b

Ponsel Pintar

Sudah seminggu ini saya menggunakan ponsel Samsung Z2. Tidak, saya tidak akan me-review ataupun menceritakan tentang ponsel batu saya tersebut. Ponsel Samsung Z2 saya gunakan sebagai ponsel kedua, dimana saya maksimalkan untuk telepon, SMS, dan juga berkirim WhatsApp. Ya, cuma itu kebutuhan saya yang terakomodir oleh si mungil Samsung Z2, sambil sesekali pula saya gunakan untuk browsing. Barusan saya merasa agak jengkel, saat orang mengatakan bahwa ponsel saya itu bukan masuk kategori ponsel pintar (smartphone). Menurut orang tersebut, ponsel yang tidak bisa digunakan untuk berkirim Blackberry Messenger (BBM) bukan masuk kategori ponsel pintar. Saya belum mencari definisi ponsel pintar itu apa (mungkin nanti Wikipedia dapat membantu), namun mengartikan ponsel pintar hanya dengan kemampuan berkirim BBM, menurut saya kok terkesan merendahkan kemampuan ponsel itu sendiri. Saya masih mengapresiasi dan sejauh ini puas menggunakan ponsel Samsung Z2 tersebut. Kekurangan yang amat mengganggu

Sosial Media untuk yang Sudah Dewasa

Apa tujuan Anda memiliki akun media sosial? Untuk sekedar berbagi informasi dan berinteraksi? Itu alasan umum banyak orang membuat sebuah akun media sosial. Akun media sosial seolah menjadi KTP kedua. Sosial media kini pun melekat pada sebuah identitas seseorang. Mengecek, berbagi status, dan lain sebagainya kini menjadi aktivitas wajib seseorang melalui akunnya. Apalagi ponsel pintar kini mendukung pemanfaatan aplikasi media sosial secara lebih baik. Itu saja? Ternyata tidak. Beragam alasan orang membuat sebuah akun media sosial. Dari berniat baik hingga berniat jahat (benar, ini ada), dari iseng hingga berniat untuk bisnis maupun hanya untuk bersosialisasi. Macam-macam alasan orang dalam memiliki sebuah akun juga membuat adanya pergeseran fungsi dan beberapa media sosial telah memiliki beragam fitur tambahan guna mengakomodir setiap kebutuhan penggunanya. Misalnya saja Facebook baru-baru ini membuat terobosan bagi penggunanya untuk jual beli online dan lain sebagainya. Kembali ke a

Perlunya Membawa Charger Ponsel

Suatu ketika, ponsel saya begitu sibuk-sibuknya. Dari pagi hingga sore penuh dengan panggilan dan pesan terkait urusan kantor, belum lagi internet yang senantiasa ON, membuat baterai ponsel jadi cepat kehabisan daya. Dan masalah tak berhenti sampai disitu, saya harus memiliki janji bertemu dengan teman-teman di waktu makan malam. Alhasil, ponsel saya pun mati dan tak dapat digunakan selama beberapa waktu. Era ponsel pintar saat ini menciptakan dualisme kebutuhan akan perangkat telekomunikasi. Performa ponsel yang semakin "cerdas" mengakibatkan perlu adanya daya yang lebih besar pula. Karena kebutuhan yang senatiasa ON tersebutlah, maka baterai ponsel pintar saat ini terbilang besar dibanding jaman dulu. Kapasitas baterai ponsel saat ini telah menyentuh ribuan mAh. Namun, dikala sibuk, kebutuhan daya sebesar itu tetap saja kurang. Solusinya mungkin adanya powerbank, namun menurut saya, hal tersebut kurang praktis. Prinsip mobilitas ponsel dan kesederhanaan dalam pemakaian, men

Tiga Aplikasi Ponsel Pintar Terbaik untuk Produktivitas (Menurut Saya)

Sekarang era ponsel pintar. Penggunaan ponsel yang satu ini sudah menjadi kelaziman dimanapun. Penggunaan ponsel pintar sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya untuk dalam produktivitas. Tidak hanya sekedar untuk chatting semata. 1. Browser Semua ponsel pintar harus (dan pasti) memiliki browser bawaan ataupun pihak ketiga. Di era internet seperti saat ini, ada baiknya kegiatan mencari informasi harus benar-benar memanfaatkan browser. Di internet terdapat jutaan informasi yang bisa dimaksimalkan untuk produktivitas kita yang lebih baik. Browser selayaknya menjadi andalan utama dalam menggali informasi. 2. Notes : Keep, Evernote, dll Aplikasi penting menurut saya yang berikutnya adalah notes. Kita sadari bahwa ingatan manusia terbatas. Guna menyimpan semua ide ataupun catatan ada baiknya kita menulisnya di notes. Bila notes bawaan ponsel dirasa tidak memungkinkan, saat ini terdapat beragam aplikasi pihak ketiga yang dapat dibuka di platform ataupun perangkat yang

Antara Kecepatan dan Keakuratan

Era digital saat ini memungkinkan segala sesuatunya berjalan dengan begitu cepat. Sebuah kejadian yang berlangsung di suatu tempat pun akan cepat menyebar dan menjadi viral hanya dalam hitungan beberapa jam, bahkan menit saja. Internet telah mengubah semua hal menjadi serba mudah dan cepat. Mudah dalam berbagi serta cepat dalam menjangkau semua lini. Kolaborasi internet dan media sosial telah menjadi sebuah hal yang unik memainkan peran era digital saat ini. Penetrasi ponsel pintar dari waktu ke waktu serta menjamurnya penggunaan media sosial telah membuat adanya banjir informasi. Tiap saat ketika kita membuka akun media sosial maka akan kita temui beragam informasi. Bahkan, beberapa informasi tersebut bersifat real time, atau hanya hitungan beberapa waktu yang lalu telah terjadi. Apakah semua informasi tersebut tepat? Belum tentu. Internet dan media sosial memungkinkan orang untuk dapat saling berbagi informasi. Bahkan terkadang informasi yang dibagikan di media sosial memiliki pen

#DaripadaNunggu Enaknya Ngapain?

Indonesia, dalam hal ini khususnya Jakarta merupakan sebuah wilayah yang amat padat. Jutaan mungkin orang-orang menggantungkan hidupnya, mencari nafkah di Jakarta. Kota Jakarta yang terbatas akhirnya diserbu oleh orang-orang dari berbagai daerah dengan tujuan untuk bekerja. Makanya tak heran, kepadatan ini membuat kemacetan dimana-mana tak dapat dihindari. Bahkan ada anggapan bahwa bekerja di Jakarta itu serasa "Tua di Jalan". Bukan ungkapan lebay, namun memang demikianlah keadaanya. Kemacetan serta kepadatan telah menyebabkan waktu terbuang banyak. Waktu yang sebenarnya bisa dilakukan untuk kegiatan produktif, jadi serasa terbuang percuma. Berawal dari keresahan tersebut, dengan tagar #DaripadaNunggu, Opera Indonesia meluncurkan sebuah website khusus, www.daripadanunggu.com . Situsnya sendiri cukup keren menurut saya, berisi video interaktif yang mengajak pengunjungnya untuk senantiasa berpikir secara produktif. Ide Opera menciptakan kampanye #DaripadaNunggu ini patut diap

Gara-Gara Internet

Beberapa waktu yang lalu, saya mampir ke toko koran untuk membeli sebuah tabloid. Karena saya sudah mengenal sang penjual, aktivitas lain selain membeli tabloid juga kami gunakan untuk saling mengobrol. "Jualan koran sekarang sepi bang", kata penjual itu. Memang sejak adanya internet, dia sering mengeluh jika pendapatannya berjualan koran tak sebesar dulu lagi. Beberapa kantor sekitar lapaknya pun tak lagi berlangganan koran. "Tapi saya juga sadar bang, kalau koran tak lagi diminati", lanjutnya. Dia menyadari betul bahwa penetrasi internet begitu pesat, jauh meninggalkan media-media konvensional yang lain. Jangankan koran, televisi yang pernah jadi primadona pun makin sepi penonton. Internet memang menjadi sebuah fenomena yang memukau. Kehadirannya mampu menyingkirkan kebutuhan orang akan media-media lainnya. Tak hanya berfungsi sebagai media informasi saja, internet juga memiliki utilitas yang lain. Bahkan internet lebih cepat dibanding media yang lain. Kejadian

SHAREit

Ini postingan curhat. Selama ini saya memiliki aplikasi yg sering dianggap remeh. Aplikasi ini namanya SHAREit. Menurut saya, aplikasi SHAREit sudah selayaknya ada di setiap ponsel Android. Belakangan ini, aktivitas saya amat terbantu dengan hadirnya aplikasi ini. Sesuai namanya, SHAREit merupakan aplikasi berbagi file. Dan uniknya, file apapun bisa saling berbagi dengan memanfaatkan paket data (wifi hotspot), aplikasi ini jauh lebih baik ketimbang menggunakan aplikasi konvensional macam bluetooth. Saya belum mencoba aplikasi yang lain. Rencananya saya akan mencoba aplikasi lainnya sebagai pembanding mana yang lebih baik. Untuk saat ini, aplikasi SHAREit masih saya anggap aplikasi yang keren di Android ataupun iOS. Dengan adanya aplikasi ini berbagi file jadi lebih mudah. Bila lupa memback-up data, kita pun bisa memindahkan dari ponsel lama ke ponsel baru dengan mudah. Dan lebih bagusnya aplikasi ini free serta bisa didownload dengan bebas. Aplikasi ini bisa dioptimalkan untuk keper

Kabel Data "Fast Charging"

Gambar
Saya memiliki kebiasaan buruk. Entah kenapa saya sering sekali kehilangan atau bahkan merusakkan kabel data sekaligus kabel charge ponsel yang saya miliki. Mungkin hampir belasan kabel yang saya miliki rusak atau hilang entah kemana. Saya termasuk orang dengan aktivitas dan mobilitas yang tinggi. Disamping itu, ponsel pintar adalah benda yang sangat penting menemani segala aktivitas yang saya lakukan. Disaat aktivitas penggunaan ponsel yang cukup intens, tentunya saya membutuhkan kabel data untuk mengisi daya dan juga memindahkan data ke komputer. Saya sendiri jarang menggunakan powerbank, karena kurang praktis. Dengan alasan tersebut, tentunya saya membutuhkan sebuah kabel yang dapat diandalkan. Beruntung saya memiliki ponsel dengan lubang berbentuk micro sd sehingga bisa digunakan bergantian dengan ponsel lain serta mudah didapatkan. Meskipun ponsel yang baru sudah meninggalkannya diganti dengan USB type C. Beberapa waktu yang lalu, saya datang ke sebuah bazar di pusat perbelanjaa

Kegalauan Karena Ponsel Rusak

Belakangan saya merasa tidak dalam kondisi perasaan yang baik. Ponsel yang menjadi andalan saya untuk bekerja dan menulis di blog mengalami kerusakan. Entah apa sebabnya, saat saya gunakan tiba-tiba muncul garis vertikal di layar yang tidak dapat dihilangkan. Mungkin ini bukan suatu kerusakan yang parah, namun tetap saja tidak nyaman saat digunakan. Apalagi ponsel saya yang lain mengalami kerusakan serupa (terdapat "noda" di layar) sejak sebulan yang lalu. Ponsel saya ini bukanlah ponsel biasa. Ponsel ini lumayan jarang didapatkan di pasaran. Dari segi umur, ponsel ini memang terbilang tua. Ponsel yang launching tahun 2014 namun baru beberapa bulan yang lalu saya beli. Meski software dan spesifikasi terbilang sudah berumur, namun mengingat performa yang masih bagus serta harga yang turun drastis menjadi alasan saya dalam membeli ponsel tersebut. Rusaknya ponsel memang merupakan suatu hal yang menyebalkan di era saat ini. Bayangkan saja, ponsel merupakan "alat bantu&quo

"Simalakama" Pembajakan

Di era digital seperti sekarang ini, mendapatkan beragam hiburan seperti film, musik dan aplikasi software begitu mudah. Dengan membayar sejumlah uang, bahkan kita dapat men-download sejumlah layanan langsung dari komputer ataupun ponsel pintar yang kita miliki. Selain itu, beberapa mungkin bisa didapat secara gratis. Namun, dengan serba kemudahan itu kadang disalahgunakan oleh pengguna internet dalam mendownload layanan ataupun media secara ilegal, atau yang biasa kita sebut dengan pembajakan. Secara umum, pembajakan dilakukan karena mahalnya versi originalnya. Misalnya saja software yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah, ataupun musik, lagu dan buku elektronik (e-book) berharga ratusan ribu rupiah bisa didapat secara gratis dengan mengunduh versi bajakannya. Dan uniknya, para pengunduh ini merasa tidak ada yang salah dengan apa yang mereka lakukan. Pembajakan memang memiliki beberapa sudut pandang. Di satu sisi, pembajakan merugikan si pemilik hak cipta. Para kreator lagu, film

"Cyber War"

Judulnya lebay, hehehe. Bukan, ini bukanlah cyber war dengan aksi saling hack dan lain sebagainya. Ini soal perang opini (debat) di media sosial. Temanya apalagi jika bukan tentang politik. Entah kenapa tema ini mendominasi beragam perang argumen di media sosial akhir-akhir ini. Saya penasaran apakah energi yang mereka habiskan untuk "berperang" tidak sia-sia? Ataukah memang ada bayaran? Entahlah. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta masih beberapa bulan lagi, namun gaungnya sudah semakin memanas saja di media sosial. Para pendukung masing-masing calon saling mengelu-elukan jagoannya. Perang opini ini mengingatkan kita pada Pilpres 2014 kemarin yang juga panas. Tak hanya saling beradu program, para pendukung ikut pula mempertahankan jagoannya dengan mencaci calon yang lain. Panas sekaligus membuat miris. Media sosial yang harusnya menyenangkan berubah menjadi medan perang. Media sosial merupakan sarana beriklan (dan juga kampanye) yang cukup murah dan efektif. Hari gini siapa sih