"Cyber War"

Judulnya lebay, hehehe. Bukan, ini bukanlah cyber war dengan aksi saling hack dan lain sebagainya. Ini soal perang opini (debat) di media sosial. Temanya apalagi jika bukan tentang politik. Entah kenapa tema ini mendominasi beragam perang argumen di media sosial akhir-akhir ini. Saya penasaran apakah energi yang mereka habiskan untuk "berperang" tidak sia-sia? Ataukah memang ada bayaran? Entahlah.

Pemilihan Gubernur DKI Jakarta masih beberapa bulan lagi, namun gaungnya sudah semakin memanas saja di media sosial. Para pendukung masing-masing calon saling mengelu-elukan jagoannya. Perang opini ini mengingatkan kita pada Pilpres 2014 kemarin yang juga panas. Tak hanya saling beradu program, para pendukung ikut pula mempertahankan jagoannya dengan mencaci calon yang lain. Panas sekaligus membuat miris. Media sosial yang harusnya menyenangkan berubah menjadi medan perang.

Media sosial merupakan sarana beriklan (dan juga kampanye) yang cukup murah dan efektif. Hari gini siapa sih yang tidak memiliki akun media sosial? Keunggulan ini yang dimanfaatkan pemilik kepentingan (salah satunya calon Gubernur) untuk meraih simpati masyarakat. Dengan memanfaatkan para akun populer yang memiliki ribuan follower, mereka coba mendekati pemilik akun media sosial.

Saya pribadi tidak keberatan para pendukung calon mendekati para pengguna sosial media. Bahkan saya angkat jempol dengan perjuangan mereka. Namun yang patut disayangkan media sosial yang sebenarnya merupakan sarana untuk memperkenalkan program justru berubah menjadi medan perang dengan perdebatan tiada henti antar para pendukung calon. Dan lucunya, belum tentu yang sedang berdebat tersebut pemilik hak suara di Pilgub nanti.

Sudah sejak seminggu lalu timeline media sosial saya diwarnai dengan cyber war ini. Saling umpat dan saling sindir senantiasa saya baca setiap harinya. Efektifkah? Mungkin pemilik suara banyak yang menggunakan media sosial. Namun, masih banyak pula pemilik suara yang tidak memiliki ponsel pintar di luar sana. Jadi, saran saya untuk para pendukung, daripada terlalu sering berperang di media sosial, apa kalian tidak ingin memperkenalkan program secara langsung pada masyarakat menengah ke bawah dengan mengunjungi mereka? Daripada koar-koar di media sosial yang cakupannya terlalu umum berada di luar DKI Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Review 4Connect Audio Receiver