Selamat Tinggal Blackberry Messenger
PING! Pesan satu kata ini merupakan ciri khas dari Blackberry Messenger (BBM) untuk "meminta perhatian" kita. Fitur PING! tersebut kerap kali menandakan kita lupa membaca sebuah pesan. Fitur khas tersebut masih jarang saya temui di WhatsApp sebagai aplikasi perpesanan (messenger) paling populer saat ini.
Sebagai aplikasi perpesanan, BBM berada di puncak kejayaannya kala menjadi fitur eksklusif perangkat ponsel asal Kanada, Blackberry. Di Indonesia, BBM menjadi aplikasi perpesanan yang sangat populer di sekitaran awal tahun 2000an. BBM juga menjadi salah satu aplikasi "orang kaya" mengingat harga ponsel Blackberry kala itu begitu mahal.
Namun semua berubah ketika WhatsApp menyerang. Eksklusifitas BBM yang hanya untuk ponsel Blackberry mulai dilawan oleh WhatsApp sebagai pemain baru. WhatsApp menawarkan fitur perpesanan yang lebih simple. WhatsApp bisa digunakan mengirim pesan antar platform (Android, IOS, dan Blackberry), sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh BBM. Dan berbarengan dengan hal tersebut, popularitas Android serta IOS makin berkibar, sementar Blackberry? Makin meredup.
Sebagai salah satu negara yang pernah mengharumkan namanya, BBM mencoba untuk kembali eksis di Indonesia. Lisensi BBM diserahkan pada Emtek Group yang juga menaungi SCTV dan Indosiar. BBM mencoba bertahan dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Fitur-fitur baru pun dicoba diterapkan, tak hanya berfungsi untuk perpesanan saja.
Namun tampaknya BBM sudah mulai menyerah. Hari ini, mereka mengumumkan bahwa per 31 Mei 2019 mereka akan menghentikan layanannya. Segala daya dan upaya mereka selama ini tampaknya akan berhenti sampai disini. Mereka menyerah. Selamat tinggal Blackberry Messenger.
Komentar