Ganggu Jam Tidur, Habiskan Waktu, Namun Kita Menyukainya
Ketika masih kecil, saya jarang bermain di luar rumah. Kebanyakan waktu saya habiskan di depan televisi. Saya masih ingat, dari sejak televisi hanya 1 channel, dan pemiliknya diwajibkan membayar iuran televisi tiap bulannya. Jangankan banyak channel, pemilik televisi berwarna pun hanya beberapa, kebanyakan hitam putih, jarang dinyalakan, acara favorit cuma berita dan acara khusus anak-anak di hari Minggu saja. Jika ingin mendapat banyak chanel, orang yang mampu biasanya menggunakan parabola, dan harganya lumayan mahal kala itu.
Pertengahan tahun 1990an baru mulai berkembang, channel-channel baru bermunculan, acara lebih variatif dan iuran televisi juga sudah tidak ada lagi. Era baru kembali dimulai, televisi tidak hanya menjadi simbol status. Televisi menjadi teman sehari-hari, menjadi sumber utama informasi dan hiburan. Radio mulai jarang digunakan, bahkan jikapun ada tak lebih sebagai 'pendamping' televisi.
Kemudian komputer (dan) internet mulai berkembang, sedikit demi sedikit teknologi beralih ke hal yang lebih cepat dan menyenangkan. Dari hanya mulai menyediakan website-website informasi, kini internet diramaikan dengan menjamurnya media sosial. Orang saling menyapa, saling ngobrol, dan berhubungan satu sama lain melalui internet. Cara mengaksesnya pun lebih simple dan mudah, dari yang awalnya menggunakan komputer, kini orang lebih menggunakan ponsel. Sama seperti radio, pelan-pelan televisi pun menjadi media pendamping internet. Tak jarang, saat menonton televisi, orang berbagi opini serta apa yang dia tonton ke akun media sosial miliknya.
Perkembangan teknologi di atas memiliki beberapa kesamaan. Kesemuanya menyita banyak waktu. Ketika televisi 'booming' dan menjadi tren, orang butuh televisi sebagai media hiburan. Saya dulu bahkan hafal acara televisi dari pagi hingga malam hari setiap harinya. Saat memiliki waktu luang, hal pertama yang terpikirkan adalah menonton televisi sebagai hiburan. Pun di era internet dan media sosial saat ini, teknologi juga semakin membuat penggunanya kecanduan. Bahkan, lebih parah!
Kecanduan internet dan media sosial saat ini sering tidak mempedulikan tempat dan waktu, dimana saja, asal bisa mengakses internet, orang makin kecanduan. Di angkutan umum, di mall, cafe, dan lain sebagainya, banyak orang yang sibuk dengan gadgetnya. Pun mereka tidak peduli waktu, bangun tidur, alat pertama yang dipegang adalah ponsel, dan mengakses akun Facebook atau Twitter untuk mengapdet status, sekedar mengucapkan selamat pagi. Dan di jam-jam berikutnya, kecanduang itupun tidak berhenti. Satu demi satu mereka mengungkapkan apa yang dirasakan ke jejaring sosial. Dunia harus tahu, tak peduli itu penting ataupun tidak, tak peduli lagi privasi, yang penting eksis di media sosial. Berlanjut hingga malam pun fenomena ini tak berhenti. Tak jarang pula yang tidur 'bersama' gadgetnya, stand by jikalau ada yang mengirim pesan instant ataupun mengomentari statusnya, disadari ataupun tidak, waktu tidurnya pun berkurang.
Itu hanya sedikit dampak negatif dari teknologi, membuat kecanduan. Namun tentunya kita masih bisa berusaha mengendalikannya. Jangan menghentikan penggunaan internet. Manfaatnya terlalu bisa jika kita tak lagi mau menggunakannya hanya karena kecanduan. Kita begitu menyukainya kan? Tidak masalah, generasi sebelum kita juga 'tergila-gila' dengan radio dan televisi mereka. Jadi, tetaplah ambil sisi positif dari online. Dan konon sekarang Hari Kasih Sayang, sudah memberi apa pada gadget yang kita sayangi?
Komentar