Berhenti 'Berperang' di Media Sosial
Foto : socialsearchmobile.org |
Zaman sekarang kita hidup di era media sosial media. Dalam keseharian, kehidupan kita tidak akan lepas dengan akun jejaring sosial. Facebook, Twitter dan akun lainnya, menjadi sebuah diary virtual bagi kita, untuk saling berbagi dengan orang lain.
Dengan semakin berkembangnya media sosial, maka kita tidak hanya berinteraksi dengan orang-orang yang kita kenal saja, tentunya banyak kenalan baru yang menjadi 'teman' kita di media sosial tersebut.
Sama seperti di masyarakat, dalam berinteraksi di media sosial, tentunya kita akan saling bersinggungan, kadang berbeda pendapat dan kadang saling bersinggungan. Itu hal yang wajar, manusia memang memiliki banyak pemikiran dan argumentasi yang mungkin tidak dapat disatukan.
Namun, berbeda halnya jika singgungan dan pebedaan pendapat itu disikapi secara 'liar'. Berdebat boleh-boleh saja, dan hal yang lumrah dalam suatu hubungan, namun lain cerita jika perdebatan dan perbedaan itu berujung dengan saling fitnah dan caci maki, demi menaklukkan lawan bicara.
Media sosial merupakan sebuah sarana berbagi informasi yang sangat efektif. Media sosial menjadi sebuah alternatif dalam menyampaikan sesuatu yang lebih jujur daripada media mainstream yang saat ini lebih banyak muatan politis daripada menyampaikan berita secara adil dan jujur yang sesungguhnya merupakan fungsi dan tujuan awal sebuah pemberitaan.
Dengan media sosial, sebenarnya merupakan tempat bagi setiap individu dan masyarakat, tidak peduli apa latar belakangnya, mereka memiliki hak untuk menyatakan pendapat dan pemikirannya. Di media sosial pula, segenap tulisan dan pemikiran orang akan lebih cepat dapat disikapi oleh orang lain, tempatnya? Di media sosial pula.
Dengan terciptanya diskusi dan saling komunikasi antar individu dengan bantuan media sosial, maka akan tersipta masyarakat baru yang saling berinteraksi. Perbedaan pemikiran, dan pendapat bisa langsung saling diuji demi mencapai sebuah gagasan dan ide baru yang lebih segar. Namun, ini semua tidak akan tercapai jika setiap pengguna media sosial saling 'serang' dengan fitnah dan caci maki, serta keegoisan dalam membenarkan setiap pendapatnya.
Kemajemukan pemikiran, saat ini hendaknya disikapi secara dewasa. Media sosial seperti pada awalnya merupakan media guna menuangkan sebuah ide maupun pemikiran kepada banyak orang. Sah saja beragument, dan menyertakan data serta fakta yang mendukung gagasannya. Orang lain juga memiliki hak untuk melihat sebuah gagasan itu dari sisi lain. Dengan saling terjadinya interaksi ini, maka sebuah gagasan, dan sebuah informasi akan semakin kaya dan sempurna.
Berperang di media sosial dengan caci maki dan fitnah, bisa jadi adalah cerminan siapa kita sebenarnya. Dengan kedewasaan dalam menggunakan media sosial, menjadikan kita individu yang mampu memanfaatkan sebuah teknologi secara bijak. Arus informasi saat ini mengalir begitu cepat tiap detiknya, sayang sekali bila harus diwarnai dengan caci maki dan fitnah yang 'mengotori' makna sebuah informasi yang harusnya disampaikan secara benar dan jujur.
Komentar