Kenapa Saya Masih Menggunakan Ponsel Fitur?

Saya sudah hampir sebulan lebih ini menggunakan ponsel Nokia 105 (2015) sebagai ponsel utama saya. Benar, kartu SIM utama saya berada di ponsel yang hanya bisa digunakan untuk bertelepon serta SMS tersebut. Ponsel dasar (feature phone) saat ini mungkin sedikit peminatnya. Kalah dengan ponsel pintar yang makin terjangkau. Tak dipungkiri, saya pun terbantu dengan hadirnya ponsel pintar untuk mendukung aktivitas serta pekerjaan. Namun, ada beberapa hal yang menjadi alasan saya masih mempertahankan ponsel fitur.

1. Baterai untuk Seharian (Bahkan Lebih)

Bisa dikatakan inilah keunggulan utama ponsel fitur dibanding smartphone. Meski memiliki kapasitas yang lebih kecil, ponsel fitur hampir dipastikan lebih awet untuk digunakan. Hal tersebut dikarenakan ponsel ini hanya memenuhi fungsi dasar guna bertelepon dan sms yang mana tidak memerlukan banyak daya. Sebelumnya, saya menggunakan LG A275 dan kini Nokia 105 (2015), dengan telepon intens maka baterai mungkin bisa bertahan berhari-hari. Saya tidak pernah kehabisan baterai. Secara teori baterai bisa bertahan sebulan, saya sih tidak percaya, dan saya biasanya men-charge ponsel fitur tersebut 2-3 kali sehari, tak pernah menunggu habis. Berbeda dengan ponsel pintar saya yang harus di-charge setidaknya sehari sekali.

2. Alasan Keamanan

Saya sering berada di jalan. Mengeluarkan ponsel pintar yang harganya jutaan rupiah, bisa dikatakan sedikit mengundang bahaya ketika kita tidak waspada. Ponsel bisa saja berpindah tangan ke pencopet bila tidak waspada. Dan bila kehilangan ponsel fitur, menurut saya tidak seberapa “sakit hati” dibanding smartphone. Ponsel fitur pun bebas dari virus, malware atau apapun, lha kan tidak tersambung di internet.

3. Jarang Membawa Headset

Ya, saya merupakan tipe orang yang jarang membawa headset dalam keseharian. Kenapa ini menjadi keunggulan? Jadi begini, kadang saat saya di jalan, ataupun di tempat lain, diharuskan untuk multitasking. Di saat ditelepon, kadang saya diharuskan untuk googling ataupun membuka dokumen melalui USB OTG di ponsel pintar. Bila saya sedang menelepon, maka ada dua cara. Pertama, saya harus menggunakan headset agar tidak terganggu kala harus berbarengan membuka browser atau dokumen sembari bicara dengan si penelepon. Kedua, saya harus men-speaker telepon agar bisa membuka browser atau dokumen tetapi masih tetap berkomunikasi dengan penelepon. Kedua cara tersebut malas saya lakukan. Saya justru lebih memilih menggunakan tangan kiri untuk memegang ponsel fitur sekaligus ditelepon, tangan kanan saya gunakan untuk browsing dan membuka dokumen di ponsel pintar.

4. Lebih irit

Sebenarnya saya bisa saja menggunakan cara nomor 3 dengan dua ponsel pintar. Satu untuk menelepon, dan satunya untuk browsing. Namun dengan dua ponsel pintar, berarti langganan data internet juga harus dilakukan untuk dua ponsel, agak boros menurut saya.

5. Mudah Saat Ingin Bersantai

Saat terlalu stres, biasanya saya membutuhkan waktu untuk bersantai tanpa diganggu urusan pekerjaan. Untuk itu, saya tinggal mematikan ponsel fitur yang berisi nomor ponsel untuk bekerja. Dengan matinya ponsel tersebut, saya tetap dapat terhubung melalui ponsel pintar dengan bantuan internet. Orang-orang terdekat pun masih bisa menghubungi nomor saya yang lain.

Itulah alasan subyektif saya menggunakan ponsel fitur sebagai pendamping ponsel pintar. Dengan demikian, saya merasa lebih mudah mengontrol pekerjaan serta hiburan. Tentunya semua orang memiliki pertimbangan tersendiri. Untuk saat ini, memiliki lebih dari satu ponsel adalah hal yang lumrah. Ada alasan sendiri orang melakukannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Internet, Dunia Baru untuk Berekspresi