Memilih Sosial Media yang Cocok

Kehidupan online masa kini tak bisa lepas dari media sosial. Hampir semua orang memilikinya. Di Indonesia satu orang bahkan tak hanya memiliki satu, tapi mungkin lebih dari dua akun. Semua bergantung pada karakteristik pribadi dan juga sosial media (sosmed) yang dimiliki.
Bicara soal evolusi sosial media mau tidak mau kita harus melihat kembali situs bernama Friendster. Ya, dengan alamat di friendster.com, ini merupakan cikal bakal media sosial modern. Hadirnya website seperti ini menjadikan aktivitas online lebih berwarna karena dapat pula menjalin tali pertemanan satu sama lain.
Perkembangan media sosial berlanjut dengan makin mudahnya akses internet di manapun. Meski Friendster sekarang telah terkubur dan berubah fungsi, peran medsos di dunia online dilanjutkan oleh berbagai layanan baru. Dengan semakin populernya smartphone, maka medsos tak lagi hanya berwujud website layaknya Friendster jaman dulu, namun sudah semakin canggih dengan berintegrasi menjadi sebuah aplikasi.
Dengan makin berkembang dan populernya media sosial saat ini, menjadikannya sebuah gaya hidup. Semenjak memulai hari, media sosial senantiasa diupdate melalui ponsel, atau paling tidak sekedar melihat-lihat linimasa (timeline), agar tidak ketinggalan berita.
Fungsi Pertemanan
Fungsi media sosial yang utama menurut saya adalah menjalin hubungan ataupun pertemanan. Inilah esensi sebuah media yang berfungsi secara sosial menjadikan interaksi melalui akunnya. Medsos menciptakan sebuah komunitas tersendiri.
Facebook merupakan layanan pertama yang tampaknya mengakomodir hal tersebut. Facebook dalam syarat dan ketentuannya menyarankan kita berteman dengan orang-orang yang memang kita kenal. Namun, kenyataannya tak seperti itu, beberapa teman kita di Facebook kadang bukanlah orang yang kita kenal.
Namun di sisi lain, Facebook juga mampu menyatukan teman-teman yang mungkin terpisah jarak. Misalnya saja teman sekolah yang telah lulus ataupun berpisah dapat tetap kita jalin silaturahminya melalui Facebook. Pun banyak orang yang mencari teman baru melalui media sosial yang satu ini. Untuk lebih membuat aturannya makin jelas, Facebook menghendaki kita memberikan data diri yang asli agar dapat dikenali oleh orang yang mungkin mengenal kita. Hanya saja, kembali prakteknya tidak demikian, masih banyak akun "anonim" berkeliaran di Facebook.
Sejauh saya tahu, Facebook membatasi pertemanan hingga sekitar 4.000 teman. Dan sebenarnya mungkin jika hendak jujur, yang memiliki teman sebanyak itu belum tentu semua adalah teman yang dikenal. Bisa saja merupakan "asal add" dan lain sebagainya. Tidak salah memang, karena kita lah pemilik akun, mau digunakan seperti apa ya terserah.
Kemudian muncul layanan yang mirip dengan Facebook bernama Path. Tujuannya sama menjalin pertemanan. Hanya saja Path menawarkan sebuah privasi yang lebih ketat dibanding Facebook. Pertemanan pun dibatasi hingga 500 teman. Prakteknya kembali berbeda, masih banyak yang asal add.
Path sebenarnya lebih inovatif dibanding Facebook. Meski baru berusia muda sekitar 1-2 tahun. Path menawarkan cara berinteraksi dengan berbagi momen. Tidur, bangun, nonton atau mendengarkan musik semua bisa dibagi. Dan karena privasi lebih ketat, semua itu niatnya hanya dibagi pada teman-teman yang dikenal. Namun tetap saja tak menjamin. Ada beberapa kasus yang mengemuka saat Path di-capture dan disebar ke media sosial lain yang cenderung bebas.
Sebelum lahirnya Path, Google sempat "menantang" Facebook dengan meluncurkan Google+. Hanya saja, saya juga kurang mengerti kenapa medsos yang satu ini gagal. Google+ sebenarnya lebih baik dibanding Facebook. Di medsos ini, kita bisa memisahkan kategori teman-teman ke circle (lingkaran). Saat update status pun kita tinggal memilih hendak dibagi ke circle mana status tersebut. Mirip Path yang bersifat privasi, hanya saja Google+ memiliki karakteristik yang sedikit berbeda.
Dan mungkin Google+ lahir di waktu yang kurang tepat. Google+ lahir saat hegemoni Facebook sedang kuat. Berbeda dengan Path yang lahir saat beberapa pengguna Facebook mengalami sedikit kejenuhan. Oke ini hanya pendapat subjektif saya.
Media Berbagi Informasi
Untuk fungsi yang satu ini, Twitter rajanya. Mungkin Facebook dapat juga digunakan untuk berbagi berita, namun tetap kemunculan Twitter sedikit mengguncang Facebook di singgasana raja media sosial.
Twitter mungkin hanya dibagi ke dalam 140 karakter tiap kali menulis. Namun disinilah serunya. Berbagi informasi dapat berjalan efektif. Twitter pun penuh dengan komentar orang-orang beserta twit link sebuah berita yang dibagi. Informasi-informasi di Twitter kerap didiskusikan dalam bentuk kultwit ataupun bahkan diperdebatkan yang sering disebut Twitwar.
Melihat posisi saat ini, saya rasa kejayaan Twitter masih akan bertahan lama. Terutama bagi penggunanya di Indonesia. Twitter digunakan untuk berdiskusi serta menjadi sarana berbagi informasi yang lebih efektif. Twitter bisa ramai karena sifatnya yang saya rasa lebih terbuka dibanding Facebook. Taruhlah kita tidak perlu memberikan data diri yang begitu mendetail seperti Facebook. Hanya saja kelemahannya dengan cara seperti itu muncul berbagai penyalahgunaan untuk bully, penipuan, dan lain sebagainya.
Berbagi Foto (dan Video)
Untuk situs berbagi foto, Instagram masih menjadi raja. Instagram masih dijadikan piliha utama para pengguna media sosial dalam berbagi foto dan mungkin terkadang video pendek.
Penantang Instagram menurut saya adalah Flickr. Saya memiliki kedua akun tersebut, hanya saja berbeda dalam penggunaannya. Saya berbagi foto-foto untuk publik lebih banyak di Instagram yang beberapa orang di dalamnya merupakan teman-teman Facebook saya. Namun, saya menyimpan foto-foto yang bersifat pribadi ke Flickr. Saya sengaja tidak memiliki teman di Flickr. Saya menggunakannya karena Flickr menawarkan media penyimpanan yang sangat besar yakni sebesar 1 TB. Lumayan lah.
Untuk berbagi video pendek, kini mungkin ada juga media sosial bernama Vine. Penggunaannya mudah dan biasanya terintegrasi dengan Twitter. Saat hendak berbagi, tinggal rekam momen selama beberapa detik langsung share dan bisa otomatis terbagi pula ke Twitter.
Untuk video yang lebih "serius", Google dengan layanan Youtube-nya lah yang menjadi raja. Banyak artis-artis mempromosikan single melalui Youtube, pun dengan trailer film terbaru. Banyak pula artis yang lahir dari media sosial ini. Dan Youtube mampu menyingkirkan pesaing macam Vimeo serta Dailymotion dalam hal jumlah pengguna.
Aplikasi Chatting
Entah ini masuk dalam kategori media sosial atau bukan, yang jelas fungsinya juga untuk berinteraksi. Saya hanya akan membahas 2 aplikasi yang besar dari sekian banyak aplikasi yakni BBM dan Whatsapp.
BBM (Blackberry Messenger), awalnya hanya dapat digunakan di ponsel Blackberry. Menawarkan aplikasi chatting yang sangat privasi. Untuk berhubungan haruslah saling bertukar PIN. Kini BBM bisa dinikmati oleh smartphone apapun. Karena bertukar PIN maka orang bisa selektif dalam memilih kontak.
Berbeda dengan Whatsapp yang menggunakan nomor ponsel, fungsinya lebih terbuka seperti SMS. Siapapun yang ada di phonebook kita otomatis dapat dikirimi Whatsapp. Jadi kadang muncul pesan dari nomor yang tidak kita kenal. Namun sejauh ini, menurut saya penggunaannya lebih mudah dibanding BBM.
Aplikasi "Pamer Tempat"
Foursquare atau yang saat ini lebih dikenal dengan nama Swarm merupakan media sosial yang unik. Disini, orang bisa check-in atau menandai dirinya sedang berada di sebuah tempat. Tak hanya "pamer", pengguna pun diharapkan meninggalkan tips ataupun saran tentang tampat yang dikunjungi, meski hal ini jarang dilakukan oleh penggunanya.
Media Sosial Profesional
Linkedin memang jarang disebut di kancah percaturan media sosial. Namun jangan lupakan medsos yang satu ini. Linkedin menawarkan sebuah komunitas profesional untuk segala jenis pekerjaan. Sesuai visi misinya, di medsos ini, diharapkan para pengguna saling berdiskusi serta berinteraksi terhadap sebuah proyek ataupun pekerjaan secara profesional. Saya memilikinya, hanya saja jarang digunakan. Tidak ada teman yang saya kenal secara nyata di medsos tersebut, tapi tetap layak dicoba.

Media sosial, seperti apapun karakteristiknya, sudah sangat banyak ada di ranah online. Semua dikembalikan pada si pengguna, mana media sosial yang cocok untuk dirinya. Tak diwajibkan memiliki akun di semua medsos, silakan saja dipilih. Mau memiliki banyak akun bermacam-macam medsos pun sah-sah saja asal bisa mengaturnya. Hanya saja, tetap semuanya harus dikendalikan agar medsos tidak mengganggu produktivitas pekerjaan kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Review 4Connect Audio Receiver