Menyerah dengan OS Tizen
Bila ditanya mengenai smartphone saat ini, maka kemungkinan akan mengerucut pada dua OS yang mendominasi yakni iOS milik Apple dan Android yang dimiliki oleh Google. Keduanya saling berbagi pangsa pasar ponsel pintar di dunia ini. Sebenarnya masih ada Windows Phone besutan Microsoft, namun nasibnya kini tidak jelas. Pun dengan OS yang dikembangkan oleh Samsung yang bernama Tizen.
Sebelumnya saya telah mencoba keempat OS diatas. Saya menggunakan Android hingga versi 6.0, iOS 9, Windows Phone 8.0, dan Tizen 2.0. Jadi opini saya dalam tulisan ini tentu saja berdasar pengalaman penggunaan. Untuk itulah saya menilai Android dan iOS yang masih bertahan, karena secara pribadi saya sudah menyerah menggunakan Windows Phone dan juga Tizen. Dukungan developer yang terbatas, menyebabkan aplikasi yang dihadirkan tak sebanyak Android dan iOS menjadi alasan utama saya enggan kembali menggunakan ponsel ber-OS Windows Phone dan Tizen.
Kini Samsung berencana kembali mengeluarkan ponsel baru ber-OS Tizen, namun saya kurang antusias mendengarnya. Terus terang dulu saya begitu tertarik kala Samsung Z2 hadir di Indonesia. Saya antusias untuk mencoba OS Tizen untuk pertama kalinya. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai bosan dengan penggunaannya.
Sebenarnya saya tak terlalu mempermasalahkan banyak aplikasi Android yang tidak hadir di OS Tizen (Samsung Z2). Karena selain BBM aplikasi yang saya benar-benar butuhkan ada di ponsel tersebut, diantaranya WhatsApp dan juga Line. Hanya saja, menggunakan "ponsel pintar" hanya untuk chatting tentu bukan hal yang bijak. Selain itu dukungan software untuk ponsel ini juga tampaknya tak jadi prioritas developer. Sangat jarang aplikasi mendapatkan update. Aplikasi essensial media sosial yang menjadi kegemaran orang Indonesia selain Facebook pun tidak dapat ditemui.
Selain dukungan developer yang menyebabkan aplikasi sangat jarang, hardware ponsel Tizen pun menurut saya tidak layak menjadi penantang Android dan iOS. Katakanlah touchscreen yang kurang responsif, resolusi layar pun kurang nyaman di mata. Dan lambannya prosessor saat membuka aplikasi menjadi sebuah kekurangan yang harusnya bisa diperbaiki di masa mendatang.
OS Tizen yang terakhir saya pakai sungguh sulit saat harus melawan kedigdayaan iOS dan Android. Bila harus mencarikan lawan sepadan, saya jadi teringat dengan ponsel nanggung Nokia Asha. Bahkan Windows Phone pun lebih baik dari Samsung Z2. Kemampuannya hanya bisa menjalankan game 2D sederhana dan aplimSk chatting yang menjadi jawaban kenapa ponsel ini sulit bersaing.
Banyak PR yang harus diperbaiki oleh Samsung jika memang berencana untuk kembali memasarkan ponsel ber-OS Tizen. Harga yang ditawarkan memang murah, namun tetap saja kenyamanan penggunaan harus menjadi prioritas, jika tidak maka saya yakin, melawan Android dari ponsel brand lokal pun mereka akan kalah.
Komentar