Prostitusi Online, Bagaimana Kenapa Terjadi?

Prostitusi online belakangan menjadi hal trend untuk dibicarakan. Hal ini bermula dari sebuah kejadian ditemukannya Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ditemukan meninggal di sebuah kamar kost di daerah Tebet, Jakarta. Ketika ditelusuri, ternyata terkuak, PSK ini dibunuh oleh sang "pelanggan". Bukan ini saja yang menjadi bahan pembicaraan. Namun justru cara sang PSK yang bernama Deudeuh ini mendapatkan pelanggannya dengan cara "berpromosi" melalui Twitter.

Sejalan dengan seorang Deudeuh yang, muncul kembali kasus prostitusi yang melibatkan media sosial di internet. Terkuaknya kasus prostitusi "kelas atas" yang tidak tanggung-tanggung melibatkan para artis. Di berbagai pemberitaan, disebutkan seseorang berinisial RA mengenalkan para artis pada pria hidung belang dengan menggunakan media Blackberry Messenger (BBM). Tak tanggung-tanggung, jika tarif seorang Deudeuh yang merupakan warga biasa, dihargai Rp. 300.000, kasus prostitusi artis dihargai sebesar Rp. 50 - 200 juta. Salah satunya AA yang tertangkap, bertarif Rp. 80 juta.

Jasa prostitusi konon sudah terjadi dari berabad-abad yang lalu. Namun, perkembangan era informasi saat ini, terutama penggunaan internet makin penting, justru menjadi sebuah media promosi efektif, hingga menjadikan bisnis ini makin menjamur.

Indonesia merupakan salah satu negara dimana penggunaan media sosial begitu besar. Setiap harinya, banyak masyarakat Indonesia senantiasa menggunakan serta mengakses media sosial. Baik itu sebagai media komunikasi dan interaksi, pun beberapa disalahgunakan untuk kejahatan, dan prostitusi. Ini bukan merupakan omong kosong, ambil contoh dengan mengetik sebuah keyword tertentu di kolom search pada Twitter maka akan ada beberapa akun yang digunakan untuk "menjajakan" diri di bisnis prostitusi ini.

Tak hanya media sosial seperti Twitter dan Facebook, beberapa orang sengaja menyebar PIN BBM ataupun nomor ponsel untuk menggunakan jasa prostitusi dengan melakukan SMS acak (spam). Saya yakin, ketika Anda memiliki nomor ponsel, hampir pasti akan menerima SMS tawaran dengan memberikan PIN BBM ataupun nomor telepon untuk dihubungi. Pemilihan nomor secara acak ini, bisa saja berbahaya. Bisa saja seorang anak yang belum dewasa misalnya, ada kemungkinan pula akan membacanya. Pun dengan beberapa anak yang melakukan "pencurian umur" memiliki akun media sosial seperti Facebook dan Twitter yang sebenarnya mereka belum cukup dewasa. Bisa saja anak yang memiliki akun tersebut dapat dengan mudah mengaksesnya.

Demand dan Supply
Apa penyebab adanya fenomena maraknya prostitusi online ini? Sulit menjawabnya. Kita melihat dari kacamata ekonomi, lebih karena adanya permintaan dan penawaran. Adanya orang-orang yang "menginginkan" mendapatkan kepuasan seksual dari orang lain. Di satu sisi, ada pula yang menawarkan. Semua bergantung pada permintaan. Dari yang seharga ratusan ribu rupiah, hingga puluhan bahkan ratusan ribu rupiah. "Ada harga, ada rupa". Rupanya semboyan ekonomis ini pun berlaku pula pada "dunia malam" ini.

Tak hanya permintaan dan penawaran semata. Adanya tuntutan kebutuhan (dan keinginan?) turut memberi andil dalam membuat maraknya kasus ini. Ambil contoh, dari sisi si penyedia saja, mungkin saja memiliki keinginan mencukupi kebutuhannya. Dengan makin beragamnya kebutuhan saat ini, menjadikan beberapa orang kerap menempuh "jalan pintas". Barang-barang branded menjadi sebuah keinginan. Belum lagi gadget yang tiap tahun senantiasa mengeluarkan produk baru yang menggiurkan. Tuntutan gaya hidup hedonis yang biasanya mengikuti inilah kadang menjadi alasan mereka terjun ke dunia ini. Bisa diperhatikan bagaimana gaya keseharian hidup mereka, meski ini bukan alasan utama dan satu-satunya, faktanya mungkin ada juga yang hanya berusaha mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Faktor penawaran ini bak gayung bersambut kala para playboy juga berkeinginan menggunakan jasa mereka. Ada uang berapa, semua bisa disesuaikan sesuai budget. Modernitas juga menggiring ke efek negatif seperti ini. Kehidupan malam, dan ingin bersenang-senang kadang menjadi alasan orang ingin menggunakan jasa PSK.

Ada Sarana Mendukung
Mudah (dan murah) dalam menggunakan sarana untuk berpromosi menjadi sebuah alasan justru makin menjamurnya bisnis ini. Menggunakan media sosial dengan yang murah, hanya bermodal akses internet misalnya menjadi sarana efektif bagi mereka menawarkan jasa tersebut. Tarif SMS yang murah pun disalahgunakan untuk mengirim spam ke banyak nomor menawarkan jasa mereka.

Peran Serta Masyarakat dan Pemerintah
Pemerintah saya pikir tidak abai dan tutup mata akan hal ini. Beberapa waktu lalu sempat menutup dan menangkap orang yang mengelola sebuah website forum berisi tawaran-tawaran menggunakan jasa perempuan. Pemerintah pun telah banyak menutup serta memblokir ratusan situs porno. Namun, pemerintah tidak bisa berbuat sendiri, perlu adanya peran serta dari masyarakat, dengan melaporkan kasus-kasus prostitusi baik di media sosial ataupun tempat lain.

Operator telekomunikasi juga perlu untuk menertibkan penggunanya. Untuk saat ini misalnya, harga kartu perdana begitu murah dan mudah didapat. Dari sini, justru menjadikannya untuk disalahgunakan. Misal, dengan membeli kartu perdana digunakan untuk sms spam dan kemudian langsung buang dan membeli kartu baru lagi yang harganya di bawah Rp. 10.000 saja.

Mengatasi prostitusi ini memang tidak sederhana. Kembali dengan adanya penawaran serta permintaan tadi. Makin modernitas serta jaman makin canggih dan memasuki era digital, maka berbagai cara baru pun akan ditemukan. Mungkin perlu kesadaran segenap pihak. Kompleksitas masalah prostitusi ini sulit untuk dihilangkan, namun tetap bisa ditekan. Khusus untuk media sosial, alangkah baiknya lebih digunakan untuk hal positif.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Internet, Dunia Baru untuk Berekspresi