Internet Bagai Candu

Saya menghabiskan lebih dari 8 GB per bulan untuk mengakses internet, atau setara dengan Rp. 200 ribu. Bagi saya, internet merupakan salah satu aktivitas wajib setiap harinya yang mungkin sulit (jika tak dapat dikatakan mustahil) untuk ditinggalkan. Disaat koneksi internet bermasalah, hal tersebut membuat saya panik dan kadang hingga memaki akun customer service di Twitter.

Internet bagi saya telah menjadi bagian dari gaya hidup. Saya pun tak sendiri, banyak juga orang lain yang seperti itu. Bahkan beberapa lebih boros. Penggunaan 8 GB lebih bagi saya didominasi oleh sosial media dan messaging.

Beberapa orang bahkan sampai kecanduan game online yang lebih banyak menghabiskan kuota daripada saya. Semua ini tak dapat disalahkan. Ini merupakan dampak dari kemajuan teknologi yang makin pesat. Kemajuan yang tak terelakkan ini telah mengubah gaya hidup masyarakat perkotaan dan mungkin juga pedesaan.

Internet memang mengakibatkan kebutuhan semakin membengkak, namun itu risiko dari sebuah kemajuan teknologi, tinggal bagaimana manusia yang memiliki pikiran ini bijak menyikapinya. Internet memang relatif menjadi murah dari waktu ke waktu. Coba saja Anda pikirkan jika dulunya tarif warung internet sebesar Rp. 4000 per jam digunakan secara intens seperti saat ini, maka akan lebih boros. Ya benar, kemudahan akses dan frekuensi penggunaan yang lebih sering telah membuat pengeluaran untuk internet menjadi membengkak hingga berlipat-lipat. Seiring perkembangan jaman, hal tersebut memang lumrah.

Namun, demi kestabilan keuangan dan juga kehidupan sosial ada baiknya memang sudah saatnya melakukan pembatasan pada semua itu. Ya, tak hanya berpengaruh pada kondisi keuangan hingga harus menyisihkan anggaran tiap bulannya, internet juga mempengaruhi kehidupan sosial. Orang jadi semakin jarang untuk berinteraksi secara langsung. Mereka lebih memilih menggunakan smartphone untuk berinteraksi di media sosial ataupun mengirim pesan instant.

Sesuatu yang bahkan lebih ekstrim kala tetangga dekat yang mungkin hanya berjarak beberapa langkah kaki pun saling berhubungan dengan media sosial dan messenger. Memang tidak salah jika ada ungkapan bahwa teknologi itu di satu sisi memang mendekatkan yang jauh, namun juga di sisi lain bisa menjauhkan yang dekat. Atau bahkan saat acara keluarga berkumpul, bukannya saling berbincang, mungkin malah lebih sunyi kala setiap orang sibuk dengan gadgetnya masing-masing.

Internet tak hanya bagai candu bagi penggunanya. Lebih dari itu, internet telah mengubah hidup. Internet telah "menyetir" penggunanya untuk selalu dekat dan tak bisa lepas. Jerat teknologi makin dalam, hingga kita rela menghabiskan waktu berjam-jam menghabiskannya.

Ada kalanya mungkin kita jenuh akan semua itu. Dan saat kejenuhan itu melanda, mari kita matikan sejenak gadgey kesayangan, dan coba menghirup udara segar barang 1-2 jam kembali ke kehidupan normal. Agar gadget tersebut memang sesuai dan hanya kita gunakan saat dibutuhkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Review 4Connect Audio Receiver