Seri Generasi Menunduk (1) : Serba Update
Sumber Gambar : socialtimes.com |
Ketika masa kecil dulu, di tahun 1990an, saat itu informasi sulit didapat. Hanya ada satu televisi yang mendominasi kala itu, yakni televisi milik pemerintah. Televisi swasta hanya beberapa, namun di jam-jam tertentu, diwajibkan "me-relay" siaran TVRI yang kala itu menjadi televisi pemerintah. Baru televisi (dan radio) saja yang menjadi media informasi kala itu. Saya tinggal di pedesaan, jadi sangat jarang akses ke koran pun media lainnya.
Melihat perkembangan informasi dan komunikasi saat ini, rasanya tidak percaya saya mengalami masa yang sulit mendapat informasi seperti itu. Kini, berbekal media seperti smartphone, tiap menit bahkan detik, informasi senantiasa membanjiri. Dari informasi yang penting, hingga sekedar orang naksis yang menulis status, senantiasa berubah setiap saat.
Smartphone telah menciptakan generasi yang senantiasa berbagi informasi. Tak peduli apapun, pemilik akun media sosial, dengan smartphonenya menjadi generasi update. Dulu, orang merahasiakan buku diarinya, kini, tak segan mereka mengupdate dan mencurahkan perasaan mereka seperti senang maupun sedih ke media sosial yang bisa dibaca oleh teman-teman, bahkan orang yang tidak dia kenali. Saling berbagi cerita, memberikan komentar menjadikan interaksi komunikasi di media sosial terbentuk.
Era ini, menciptakan generasi yang senatiasa menunduk. Memeriksa status teman, pesan masuk dan lain sebagainya. Mereka tidak ingin ketinggalan setiap update yang ada. Mereka juga menginginkan pesan yang masuk harus bisa segera terjawab. Sehari mungkin total dalam beberapa jam, layar ponsel adalah sesuatu yang paling sering mereka lihat.
Generasi update ini bahkan sampai pada tahap "pamer". Sudah jadi hal yang biasa kita lihat di media sosial, orang memotret makanannya sebelum dinikmati, kemudian dibagikan. Generasi saat ini senatiasa membanggakan kehidupannya seolah sempurna. Bercerita ketika mereka berlibur, check-in di tempat yang menurut mereka keren. Seolah-olah berbagi informasi ini menjadi sebuah kebutuhan. Bila jarang mengupdate media sosial, bisa dikatakan pribadi tersebut kurang gaul.
Media sosial, sebenarnya bisa digunakan untuk saling berbagi informasi dengan lebih cepat. Namun, dengan begitu bebasnya semua orang dapat menggunakan, informasi yang banyak tersebut menjadi "liar". Era keterbukaan informasi saat ini menjadikan seseorang dengan mudahnya, merasa berhak mengomentari berita pun status orang lain. Nyinyir, twitwar dan lain sebagainya, istilah tersebut baru muncul di era media sosial seperti saat ini.
Media sosial telah menjadi alat ampuh yang mampu menghipnotis penggunanya untuk senantiasa menunduk, memandangi layar smartphonenya. Setiap hari, bahkan setiap jam, mereka tidak mau ketinggalan hal terupdate yang dibagi oleh teman-temannya. Beberapa bahkan menggunakan smartphonenya ketika berjalan, bahkan menyetir. Sudah tidak terlalu peduli dengan keselamatannya.
Kecanduang bermedia sosial hingga setiap haria harus senantiasa membuka akunnya, sebenarnya hal yang lumrah di era saat ini. Sebagai makhluk sosial, manusia memang membutuhkan untuk saling berinteraksi. Bermedia sosial sebenarnya harusnya bisa menjadi hal yang menyenangkan. Berpikir lebih bijak dalam menggunakannya, itulah yang sebenarnya harus dilakukan. Tak semua hal perlu untuk diupdate. Banyak pula informasi palsu atau hoax setiap harinya, karena tidak semua pengguna media sosial telah dewasa. Banyak pula yang hanya ingin eksis dan tidak ingin dibilang kurang gaul.
Komentar