Berhati-hati Berkomentar
Kebebasan
di Media Sosial Kadang Kebablasan
"Mulutmu
harimaumu." Begitulah bunyi sebuah pepatah. Di jaman yang serba
digital ini, tak hanya mulut yang bisa melukai hati, pun dengan
jari-jari kita. Persis seperti di dunia nyata dalam berinteraksi,
pada media sosial pun, mungkin sadar atau tidak, ada postingan maupun
komentar yang kadang menyakiti.
Perang
Postingan
Beberapa
fenomena yang ada di Facebook, kadang digunakan untuk saling
"berperang" komentar. Tulisan bisa membuat sang penulisnya
memiliki "nyali" yang biasanya bisa saja tak berani
diungkap secara lisan pun langsung. Sindir menyindir, bahkan saling
ejek melalui postingan pun dilakukan.
Media
sosial, misalnya Facebook merupakan ranah publik. Di sini, seharusnya
sikap pun disesuaikan seperti dalam wilayah publik. Facebook bukan
tempat untuk saling menyerang. Masalah di dunia nyata sebaiknya
diselesaikan, bukan dibawa ke ranah media sosial. Bukannya selesai,
permasalahan akan semakin rumit, karena banyak pihak ikut terlibat.
Tak semua orang, termasuk teman di Facebook ataupun media sosial yang
lain berkenan membaca isi-isi postingan yang marah-marah, saling
sindir dan menghina yang tidak bermanfaat. Media sosial diciptakan
untuk saling berinteraksi dan berbagi hal-hal positif, jadi sebaiknya
hindari hal-hal berlebihan seperti ini.
Twitwar
Tak
kalah dengan di Facebook, Twitter pun bisa menjadi ajang perkelahian
kata-kata. Tak jarang pula kita jumpai di Twitter, beberapa orang
saling menyerang. Kita amati saja saat Pilpres 2014 lalu, bagaimana
kedua pendukung pasangan saling menyerang dan membanggakan
pasangannya masing-masing. Bukannya berargumen secara positif, tak
jarang twitwar dan status menghina di media sosial dibawa ke ranah
hukum. Ini yang kadang dilupakan, padahal sangat penting.
Seperti
disinggung di atas, media sosial merupakan ranah publik. Akun yang
kita miliki memang sepenuhnya hak kita untuk menulisnya. Namun,
setiap orang juga memiliki hak untuk berinteraksi. Saling menghormati
kebebasan berpendapat menjadi acuan dalam media sosial. Untuk itu,
beberapa media sosial seperti Facebook dan Twitter menyediakan fitur
BLOCK yang diperuntukkan demi kenyamanan pengguna. Tak haram block
digunakan. Media sosial merupakan hal yang menyenangkan dan
seyogianya demi kenyamanan bisa disingkirkan hal-hal ataupun
seseorang yang sepertinya mengganggu.
Kebebasan
dalam menggunakan media sosial janganlah dijadikan kebebasan yang
kebablasan. Ada aturan dan etika yang semestinya diperhatikan oleh
setiap penggunanya. Sama dengan bermasyarakat, sosial media pun
diharapkan tercipta sebuah interaksi yang menyenangkan. Saling hormat
dan menghargai pendapat orang membutuhkan kedewasaan seseorang dalam
menggunakan media sosial. Namun sayangnya, kadang juga banyak yang
lupa dibuai kebebasan dalam menggunakannya. Banyak pengguna media
sosial, yang tak mendapat keuntungan berinteraksi namun justru
parahnya malah tersangkut masalah hukum karena jarinya mengetwit
ataupun memposting kata-kata yang merugikan serta menyakiti orang
lain. Berhati-hatilah.
Komentar