Media Sosial, Kawan atau Lawan?
Hari
Sabtu, 7 Februari 2015, saya berkesempatan menghadiri sebuah talkshow
bertajuk "Kreatif, Inovatif, dan Kompetitif." Narasumber
acara tersebut adalah Ibu Ita Sembiring, seorang novelis. Di akhir
acara, saya menyampaikan sebuah pertanyaan yang mungkin setiap
penulis, blogger atau bahkan karyawan perusahaan pun mengalami
problematika serupa. Pertanyaan saya adalah, bagaimana solusi agar
ketika kita bekerja misalnya menulis blog ataupun hal lainnya fokus
tetap ada di pekerjaan tersebut, dan tidak teralihkan ke media
sosial?
Jawaban
dari Ibu Ita mungkin sering kita dengar, yakni intinya harus mampu
mendisiplinkan diri. Media sosial, apapun bentuknya, kita yang harus
mengontrolnya, bukan sebaliknya. Namun, rasanya mengaplikasikan hal
ini lebih berat daripada sekedar mengatakannya.
Media
sosial, baik Twitter maupun Facebook telah menyatu dan ada dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam sehari, rasanya sulit terpisah kita
dalam menggunakan media yang satu ini. Jam demi jam, bahkan menit
kita senantiasa memantau akun media sosial yang dimiliki, tanpa
terlewat.
Disadari
ataupun tidak, media sosial telah menyita waktu. Saat waktu yang
tersedia untuk bekerja, terkadang kalah dan terpakai untuk asyik di
media sosial. Update status, atau mungkin juga membalas pesan menjadi
rutinitas ringan, yang justru tanpa sadar telah menyita waktu
penulis, blogger atau bahkan pekerja kantoran sekalipun.
Waktu
yang kita gunakan saat asyik menggunakan media sosial bisa saja
sebenarnya adalah saat untuk bekerja ataupun mungkin sharing dengan
keluarga dan teman. Sudah sering kita saksikan, orang tak lagi suka
berkomunikasi secara lisan (verbal)
karena media sosial. Bahkan saat pertemuan pun terkadang interaksi
tidak terjadi secara maksimal. Yang ada justru adalah saling asyik
dengan gadget-nya
masing-masing. Media sosial telah medekatkan yang jauh, namun
kebablasannya juga menjauhkan orang terdekat. Sharing secara pribadi
dengan orang dekat, berganti dengan saling berinteraksi dengan
teman-teman media sosialnya. Disadari ataupun tidak, ini sudah
terjadi. Tak hanya itu, media sosial juga membuat waktu produktif
semakin berkurang. Media sosial yang awalnya hanya menjadi sarana
refreshing
dan hiburan, beralih menjadi sesuatu yang justru memakan waktu
bekerja.
Secara
positif, media sosial memang merupakan sarana berinteraksi yang
efektif. Yang diperlukan bukanlah menghindari penggunaan media sosial
ini, namun lebih kepada cara pengendaliannya. Media sosial sedapat
mungkin ditekan agar tidak menguasai waktu dan diri kita. Sulit
memang, namun media sosial sebagai kawan ataupun lawan, tergantung
cara Anda memandang. Semoga tidak dikuasai media sosial yang makin
menyita waktu produktif kita.
Komentar