Popularitas di Media Sosial

Suatu Sore diantara linimasa Twitter saya, ada yang share sebuah link membahas hal yang cukup menarik. Di artikel tersebut, membahas seorang yang populer di Twitter atau lebih dikenal dengan selebtwit. Berbeda dengan selebtwit yang lain, untuk seseorang ini terbilang cepat untuk populer. Dan ternyata, popularitasnya didapat dengan cara menjiplak kutipan (quote) orang lain serta membeli follower sebagai modal.

Setiap Orang Populer dengan Caranya

Sah-sah saja mengejar popularitas. Pun tak hanya di dunia nyata, di media sosial juga ingin sekali menjadi terkenal. Hanya saja, popularitas bukanlah hal pokok dan utama dalam bermedia sosial. Apalagi jika popularitas didapat dengan cara tidak jujur seperti mengaku-aku karya ataupun kutipan orang lain seolah merupakan ciptaannya. Sungguh, itu bukanlah hal yang etis bermediasosial.

Paling pokok, media sosial adalah tempat berinteraksi. Satu sama lain memiliki kesempatan mengutarakan pendapatnya. Satu sama lain juga ingin didengar pendapatnya. Menjadi populer mungkin menyenangkan, namun itu seolah mengkerdilkan makna dan maksud bermediasosial sebagai tempat berinteraksi, jika hanya dijadikan tujuan.

Setiap orang punya karakter dalam berdiskusi dan menggunakan media sosialnya. Katakanlah di Twitter, orang memiliki cara berbeda dalam ngetwit. Inilah yang menyebabkan Twitter menjadi banyak warna. Twitter menjadi sarana orang berbagi informasi dan terutama ilmu. Kredibilitas akun bisa tercoreng manakala sering membagi informasi palsu (hoax). Orang pun akan lebih percaya dengan akun yang berbagi informasi serta ilmu bermanfaat. Tak perlu terlalu berat dalam menggunakan media sosial, cukup berbagi dengan apa yang dikuasai. Dan bila masih belum mampu, tak ada salahnya hanya menggunakan media sosial sebagai alat berinteraksi dengan banyak orang.

Kembali ke masalah popularitas, bila kita telusuri, media sosial merupakan tempat berkumpul satu sama lain. Jika diibaratkan, media sosial merupakan sebuah aula tempat bertemu (meeting) satu sama lain. Nah, dari situ sebenarnya ada yang memainkan peran sebagai expert, pun ada yang bisa sekedar melengkapi ataupun mengambil pelajaran. Semua memiliki peran sendiri-sendiri. Dan menurut saya, dengan analogi tersebut, bila membeli follower, seolah kita menggunakan jasa penonton bayaran. Popularitas seolah semu, apalagi jika didapat dengan cara curang menjiplak karya orang lain.

Follower Bukan Segalanya

Mungkin memang bila populer di media sosial dengan begitu banyak followe menimbulkan keuntungan tersendiri. Akun dengan banyak follower identik dengan akun asli, baik dan kadang bisa digunakan untuk mencari keuntungan. Namun, yang lebih penting, kembali ke fungsi ataupun peran media sosial, selayaknya akun yang dimiliki hendak hidup untuk berinteraksi dan berbagi apapun.

Kembali ke fungsi sebenarnya media sosial, untuk berinteraksi. Akun yang hidup yang terjalin interaksi dan digunakan sebagai media saling berbagi merupakan salah satu keunggulan perkembangan di media sosial. Bila hanya digunakan mencari follower dengan menggunakan avatar cantik misalnya ataupun follower bayaran, namun posting ataupun status yang ditulis hanya bersifat satu arah ataupun sesuatu yang tak bermakna, rasanya terlalu sayang menggunakan media sosial untuk hal-hal remeh seperti itu. Apalagi bila setelah memiliki banyak follower, akun tersebut kemudian dijual.

Tak salah memiliki akun dengan banyak follower. Namun, hendaknya follower banyak tersebut bisa dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk berinteraksi dan saling berbagi. Makin banyak teman dan follower yang kita miliki bisa menjadi aset untuk menjaring sebuah komunitas yang lebih hidup di media sosial. Dengan cara demikian, media sosial tak lagi bersifat monoton, namun bisa tercipta tempat diskusi yang menyenangkan. 

Orang memfollow sebuah akun, bisa dengan harapan mendapatkan manfaat dari followingnya tersebut, maka manfaatkanlah. Dengan memanfaatkan follower banyak kita untuk saling berdiskusi maka terciptalah media sosial yang bermanfaat, bukan sekedar hal untuk mencari popularitas semata.

Seperti disinggung diatas, media sosial merupakan sarana untuk saling berbagi. Bila sesuai dengan peruntukannya, media sosial sarat dengan nilai-nilai positif di dalamnya. Media sosial menjadi tempat diskusi yang penuh manfaat. Namun ini semua tak akan terjadi dan hanya sesuatu yang mubazir jika hanya digunakan dengan niatan mencari popularitas saja. Nilai diskusi dan manfaat memiliki media sosial tak akan didapat. Kembali ke peran media sosial, sebagai tempat menyatakan pendapat. Dengan prinsip seperti ini, media sosial menjadikan kita dewasa untuk bisa menghargai pendapat orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Redmi 5 Plus di 2019

Langkah Memperbaiki Notifikasi Whatsapp Telat Masuk di Nokia 5.1 Plus

Internet, Dunia Baru untuk Berekspresi